Teori Posmo atau biasa Postmodern dari Perspektif Filsafat Sosial

photo author
- Senin, 16 Januari 2023 | 22:22 WIB
Nietzsche filsuf postmodernisme (Gunyam/Rahma)
Nietzsche filsuf postmodernisme (Gunyam/Rahma)

Perhatian Daniel terutama tertuju pada penelitian terhadap perubahan yang terjadi pada karakter dan struktur sosial

Dalam buku The Coming of Postindustrial Society, Bell mengemukakan beberapa elemen perubahan dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:

  1. Dalam bidang ekonomi; perubahan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan (jasa).
  2. Hadirnya pekerjaan profesional dan teknis yang kini menguasai lapangan kerja.
  3. Pengetahuan teoretis menjadi esensial bagi masyarakat industri.
  4. Masyarakat postindustri berorientasi pada prediksi dan kontrol atas teknologi serta berbagai dampaknya.
  5. Pengambilan kebijakan ikut menciptakan sebuah ‘teknologi intelektual’ baru.

Teori besar seperti bagaimana perubahan yang terjadi dari industri ke postindustri pada negara-negara maju atau teori perubahan yang menjelaskan perubahan negara praindustri ke era industri pada  negara berkembang. Pada masyarakat praindustri, menurut Bell, orang menyerap segala sesuatu dari  alam, masyarakat hidup dari alam. Masyarakat industri memusatkan perhatian pada “permainan  melawan alam yang akan di oleh-olehi pabrik/industri”.

Baca Juga: Obyek formal dari filsafat dan Hal-hal yang melatarbelakangi perkembangan filsafat sosial ke arah Sosiologi

Masyarakat industri adalah masyarakat yang dikuasai mesin-mesin serta kebutuhan yang digunakan  untuk koordinasi, jadwal, program dengan mengatur segala sesuatu dari bawah sampai ke tingkat   tinggi. Pada masyarakat industri, dunia kerja membutuhkan tenaga kerja dan ahli mesin (pekerja manusia dan pengetahuan yang minim). Sedangkan pada masyarakat postindustri yang dibutuhkan adalah para ilmuwan/ ahli dan teknisi profesional. Dunia kerja membutuhkan pekerja ‘kerah  putih’,  yaitu orang yang dapat menyeimbangkan keahliannya baik secara teknis dan politis.

Sedangkan Masyarakat Postindustri adalah masyarakat yang sangat terdidik, masyarakat yang didominasi oleh pelayan-pelayan, pekerja-pekerja profesional, sehingga merupakan ‘persaingan antarperson’. Sebuah permainan yang sangat memanfaatkan kemampuan, perbedaan-perbedaan, dan keanekaragaman dalam ilmu pengetahuan.

Inilah yang disebut oleh Bell dengan masyarakat yang ‘tidak mengandalkan otot’ atau tenaga semata (hard power), akan tetapi mengandalkan ilmu pengetahuan atau informasi (soft power) sebagai modal utamanya. Dalam masyarakat postindustri, universitas dan lembaga-lembaga riset semakin menjadi penting dan menjadi institusi prime.

Baca Juga: karakteristik kebudayaan, unsur kebudayaan dan aspek kebudayaan

Bagi Bell (1976), postmodern adalah sebuah produk dari modernisme itu sendiri, yang merupakan  dampak dari destruksi makna, moralitas, struktur otoritatif yang puncaknya adalah ‘ponotopia’.

Bell mengartikan postmodernisme sebagai berkembangnya kecenderungan yang bertolak belakang dan semakin terbebasnya kemampuan instinktif dan nafsu kenikmatan yang membawa logika modernisme ke kutub yang terjauh, di mana ini merupakan akibat dari intensifikasi ketegangan-ketegangan struktural dalam masyarakat.

Masyarakat postmodern ditandai oleh peleburan segala batas  wilayah antara budaya tinggi dengan budaya rendah, antara realitas dengan penampakan, antara tubuh dengan jiwa dan semua oposisi besar yang dipertahankan dalam tradisi ilmu pengetahuan sosial dan filsafat.

Dalam pandangan kaum postmodernis, ‘subjek’ dan ‘rasio’ tidak terbebas dari pengaruh lingkungan sosial-budaya dan historis. Karena subjek dan rasionalitas itu terkait dengan faktor sosial budaya, maka  postmodernis mengakui bahwa subjek dan rasionalitas itu tidak satu/seragam.

 

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wafa Lutfiah

Sumber: BMP SOS14202/Filsafat Sosial/UNIVERSITAS TERBUKA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X