Catatanfakta.com - Sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan telah muncul, mengarah ke era pembelajaran yang sepenuhnya dipersonalisasi.
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 300 ahli di berbagai bidang, termasuk neurosains, teknologi pendidikan, filsafat, data dan bukti, serta pembangunan berkelanjutan, telah memperlihatkan perlunya menggeser fokus pendidikan dari pola konvensional menuju pendekatan yang memahami potensi dan pencapaian belajar masing-masing individu.
Menurut UNESCO Mahatma Gandhi Institute of Education for Peace and Sustainable Development (MGIEP), pendekatan belajar yang dipersonalisasi bukan hanya hak setiap peserta didik, tetapi juga suatu keharusan yang harus dipastikan.
Baca Juga: Mengatasi Tantangan: Pendekatan Positif dalam Pengelolaan Perilaku Anak-anak Disabilitas
Laporan yang dihasilkan oleh divisi International Science and Evidence Based Education Assessment (ISEE) dari MGIEP ini merupakan kolaborasi selama dua tahun dengan total halaman mencapai 1.000.
Laporan tersebut menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang lebih mengutamakan potensi dan pencapaian individu, daripada sekadar mengandalkan penilaian berdasarkan nilai atau standar umum.
Pendekatan belajar yang personal harus mencakup berbagai aspek, termasuk pengembangan potensi manusia, pengaruh konteks dalam proses pembelajaran, efektivitas pengalaman belajar, dan pentingnya data serta bukti dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pendidikan.
Baca Juga: Inklusi dalam Pendidikan: 5 Tips Guru untuk Membantu Murid dengan Kebutuhan Khusus
Salah satu tujuan utama dari Asesmen ISEE adalah mengumpulkan keahlian dari berbagai disiplin ilmu dalam sistem pendidikan, dengan tujuan untuk mereformasi pendidikan secara inklusif, dan menghasilkan asesmen yang lebih bermakna bagi pembuat kebijakan di berbagai tingkatan dan skala.
Ini merupakan langkah penting, terutama dalam konteks masa kini yang diwarnai oleh pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan konflik global yang mempengaruhi kemajuan pendidikan.
Dalam konteks ini, laporan tersebut juga mencatat bahwa 37 persen anak pengungsi usia sekolah dasar saat ini menghadapi risiko putus sekolah, dan hanya 24 persen yang memiliki akses ke pendidikan menengah.
Baca Juga: Rahasia Sukses di Ruang Kelas: 4 Strategi Efektif yang Harus Anda Ketahui
ISEE memiliki tujuan mulia untuk mengubah tren ini, dengan mengupayakan pendidikan yang lebih tangguh dan berkelanjutan, meskipun dalam situasi krisis yang sedang dihadapi.
Laporan ini menggarisbawahi tujuh pesan utama:
Artikel Terkait
Dari Bosan Hingga Bangkit: Program Rekoleksi Membantu Siswa Berprestasi
Pendidikan Tanpa Batas: ITL Public School dan Jejaknya di Pendidikan Inklusif
Rahasia Sukses di Ruang Kelas: 4 Strategi Efektif yang Harus Anda Ketahui
Inklusi dalam Pendidikan: 5 Tips Guru untuk Membantu Murid dengan Kebutuhan Khusus
Mengatasi Tantangan: Pendekatan Positif dalam Pengelolaan Perilaku Anak-anak Disabilitas