Hal ini membuat siswa tidak terbebani, sehingga lebih fokus saat jam pelajaran berlangsung.
4. Dukungan Lingkungan Belajar yang Sehat
Jam sekolah singkat memberi ruang bagi siswa untuk beristirahat, bermain, dan berinteraksi sosial.
Menurut WEF, keseimbangan ini meningkatkan kesehatan mental siswa dan memperkuat motivasi belajar.
Baca Juga: 5 Pekerjaan Baru yang Lahir karena AI di Tahun 2025, Nomor 3 Paling Diburu Perusahaan Teknologi!
Studi Kasus: Finlandia & Estonia
-
Finlandia: Tidak ada ujian standar nasional hingga usia 16 tahun. PR sangat sedikit. Namun, skor literasi siswa berada di atas rata-rata dunia.
-
Estonia: Fokus pada literasi digital sejak dini. Jam sekolah lebih singkat dari rata-rata Eropa, tetapi unggul dalam tes PISA bidang sains.
Kedua negara ini menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan bukan ditentukan panjang jam belajar, melainkan pendekatan pembelajaran yang holistik.
Perbandingan dengan Negara Asia
Menariknya, negara-negara Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang, dan Singapura sering dikenal dengan jam belajar panjang dan sistem pendidikan ketat.
Meski prestasi akademik mereka juga tinggi, penelitian menunjukkan adanya tingkat stres pelajar yang lebih besar.
Hal ini menegaskan perbedaan filosofi: negara Asia mengutamakan kerja keras dan jam belajar intensif, sementara negara Nordik menekankan keseimbangan dan kualitas.
Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia?
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam kualitas pendidikan. Jam sekolah relatif panjang, tetapi skor PISA masih tertinggal jauh dari Finlandia atau Estonia.
Pelajaran yang bisa dipetik:
-
Investasi pada guru berkualitas tinggi.
-
Kurikulum yang lebih sederhana, kreatif, dan relevan.
Artikel Terkait
Literasi Digital 2025: 7 Cara Cerdas Hindari Hoaks di Media Sosial, Nomor 5 Sering Terlewat!
Mahasiswa Wajib Tahu! Ternyata Pola Tidur Bisa Menentukan Kesuksesan Belajar Kamu