KARBALA, SEJARAH POLITIK ISLAM PALING DESTRUKTIF

photo author
- Rabu, 9 Agustus 2023 | 17:01 WIB
Ilustrasi peristiwa Karbala yang terjadi pada bulan Muharram. (Pixabay.com/Enkhtamir)
Ilustrasi peristiwa Karbala yang terjadi pada bulan Muharram. (Pixabay.com/Enkhtamir)

Catatanfakta.com - Peristiwa Karbala atau Asyura adalah peristiwa politik yakni konflik perebutan kekuasaan (kepemimpinan) dalam Islam antara cucu Nabi Muhammad Saw yang bernama Husein melawan Yazid bin Muawiyah.

Konflik ini sampai pada babak perang yang dimenangkan oleh pasukan Yazid, sementara Husein, sahabat dan keluarganya terbunuh dalam peristiwa ini.

Peristiwa Karbala ini terjadi pada 10 Muharram tahun 61 H atau 686 M di daratan yang disebut Karbala. Peristiwa Karbala menjadi simbol pengorbanan, kesetiaan dan ketabahan dalam menghadapi Tirani dan kesulitan. Iman Husein dan para sahabatnya dianggap sebagai Syuhada yang berkorban untuk mempertahankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Baca Juga: Angklung Indonesia Cetak Sejarah Baru dengan Pecahkan Rekor Dunia 15.110 Peserta

Penyebab Perang.

Perang Karbala adalah penolakan Husein bin Ali untuk mendukung (Baiat) kepada pemerintahan Yazid bin Muawiyah sebagai Khalifah (pemimpin Islam ) ke 2 dari Bani Umayyah.

Konflik ini sebenarnya dapat ditelusuri akar masalahnya jauh kebelakang antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah pendiri Bani Umayyah.

Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 632 H tanpa meninggalkan wasiat yang terang tentang siapa yang harus menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam. Dari sinilah perbedaan penafsiran politik tentang kepemimpinan pasca wafatnya Nabi Muhammad terjadi.

Baca Juga: PKB mengakui adanya sejarah kedekatan panjang dengan PDIP.

Sepeninggal Nabi, para sahabat yang kita kenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin memimpin umat Islam secara bergantian sebagaimana dikenal dalam sejarah.

Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad merupakan Khalifah ke-4 (empat) dari tiga Khalifah sebelumnya. Dia menggantikan Usman bin Affan yang tewas dibunuh oleh sekelompok oposisi yang merasa tidak puas dengan pemerintahannya. Namun menurut Muawiyah (pemimpin Bani Umayyah), Ali tidak amanah sebagai pemimpin karena tidak tuntas menyelesaikan kasus terbunuhnya Usman.

Perselisihan terus berlanjut hingga Ali terbunuh oleh orang khawarij yang bernama Ibnu Muljam. Akibat peristiwa itu, kaum Muslimin di Kufah segera membaiat Hasan putra Ali sebagai Khalifah selanjutnya untuk menggantikan Ali. Akan tetapi perselisihan kepemimpinan Islam ini belum juga reda, terutama tentang siapa yang berhak menjadi Khalifah (memimpin) umat Islam.

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim Dan Ismail Pentingnya Ibadah Qurban Dan Pengorbanan Dalam Islam

Untuk menghindari perselisihan yang berkepanjangan antara Hasan bin Ali dan Muawiyah, keduanya bersepakat menandatangani sebuah perjanjian politik antara keduanya. Setelah perjanjian itu maka resmilah Muawiyah menjadi Khalifah atau pemimpin umat Islam. Dalam perjanjian tersebut disebutkan, bahwa kepemimpinan akan diberikan kepada Hasan setelah Muawiyah meninggal. Ternyata Hasan yang lebih muda meninggal dahulu. Setelah ditelusuri kematian Hasan akibat diracun.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Achmad Mubin

Sumber: Catatanfakta.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X