Menggali Sejarah: Perjuangan Para Tokoh di Balik Hari Ibu Nasional

photo author
- Kamis, 5 Desember 2024 | 14:20 WIB
Potret organisasi pergerakan wanita Indonesia yang mengikuti Kongres Perempuan (laman facebook Maria Ullfah Soebadio)
Potret organisasi pergerakan wanita Indonesia yang mengikuti Kongres Perempuan (laman facebook Maria Ullfah Soebadio)

catatanfakta.com - Hari Ibu Nasional yang diperingati setiap 22 Desember di Indonesia bukan sekadar sebuah tanggal, melainkan sebuah pengingat akan perjuangan dan dedikasi para perempuan yang telah berjuang untuk hak-hak mereka.

Sejarah Hari Ibu di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Kongres Perempuan I yang berlangsung pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Dalam kongres bersejarah ini, sejumlah tokoh perempuan dari berbagai daerah berkumpul untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak asasi perempuan.

Baca Juga: Verifikasi Akhir P2WKSS: Desa Cibunian Jadi Contoh Pemberdayaan Perempuan di Bogor

Salah satu tokoh sentral dalam Kongres Perempuan I adalah Ny. Sukonto, yang dikenal sebagai Ketua Kongres. Dalam pidatonya, ia menegaskan, "Sudah saatnya kepentingan kaum putri dari zaman kegelapan harus diangkat."

Ny. Sukonto, yang lahir dengan nama Siti Aminah, menghabiskan masa kecilnya tanpa pendidikan formal. Namun, setelah menikah dengan seorang dokter, ia mulai aktif dalam organisasi Wanita Utomo, yang berfokus pada kesejahteraan perempuan.

Melalui perjuangannya, ia menginspirasi banyak perempuan untuk tidak hanya berperan di ranah domestik, tetapi juga dalam pendidikan dan publikasi.

Baca Juga: Mau Kuliah Tapi Terkendala Biaya? Ini Kesempatan Beasiswa DJITU untuk Perempuan!

Tokoh lainnya, Nyi Hajar Dewantara, istri dari Ki Hajar Dewantara, juga memiliki peran penting dalam kongres ini. Sebagai pendiri Wanita Taman Siswa, ia berkomitmen untuk meningkatkan pendidikan bagi perempuan.

Dalam kongres tersebut, ia menyampaikan pidato berjudul "Keadaban Istri," yang menekankan pentingnya peran perempuan dalam masyarakat.

"Perempuan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berkontribusi," ujarnya, menegaskan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesetaraan.

Baca Juga: Sinergi DWP Bogor-Karo: Langkah Baru untuk Pemberdayaan Perempuan Daerah

Ny. Sujatin Kartowijono, yang lahir di Wates pada 1907, juga merupakan salah satu promotor utama Kongres Perempuan I. Sebagai pendiri Putri Indonesia, ia terinspirasi oleh Sumpah Pemuda dan bertekad untuk mengadakan kongres serupa bagi perempuan.

"Kita perlu bersatu untuk memperjuangkan hak-hak kita," katanya, menunjukkan semangat kolektif yang menggerakkan para perempuan pada masa itu. Setelah kemerdekaan, ia terus berjuang melalui Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Achmad Mubin

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X