Mereka melihat diri mereka dipengaruhi oleh tindakan-tindakan pemerintah tetapi tidak ikut aktif dalam membentuk kebijakan atau tindakan pemerintah tersebut. Warga negara yang mempunyai budaya politik demikian tergolong sebagai kelompok orang yang pasif orientasinya terhadap proses politik. Sikap mereka tidak jelas kadangkala mendukung, kadangkala tampak mendukung otoritas yang berkuasa.
Baca Juga: Keterkaitan kelompok penekan politik dan kelompok kepentingan politik
Kategori yang ketiga yaitu partisipan yang merupakan budaya politik ideal dalam sebuah sistem politik yang demokratis. Warga negara dalam kelompok ini mempunyai kesadaran bahwa mereka dapat mempengaruhi sistem politik oleh karena itu mereka akan berusaha untuk terlibat dan memanfaatkan kesempatan untuk berperan serta mempengaruhi proses politik.
Keadaan ini umumnya dipengaruhi oleh tingginya tingkat pendidikan dan kompetensi serta mempunyai korelasi positif dengan budaya politik partisipan warga negara dalam sebuah negara.
Mengapa masuk pada kategori budaya politik kedua, karena proses politik ini karena saya rasa di negara Indonesia saat ini masyarakat masih kecil tingkat kesadarannya akan sistem politik. Memang tidak semua warga masyarakat seperti itu namun sebagian memang masih rendah kesadarannya akan betapa pentingnya partisipasi mereka untuk mempengaruhi terhadap sistem politik ini.
Demikianpun ada pula masyarakat yang masih berproses dalam memahami sistem politik di Indonesia. Hal ini berlaku bagi orang-orang yang notabenenya memiliki pendidikan cukup tinggi serta mempunyai korelasi positif dan kompetensi pada budaya politik didalam negara. Contohnya ketika adanya pemilihan umum seperti Pilpres, Pilkada atau Pilkades.