**2. **Pendorong Perubahan Sosial**
Meskipun konformitas seringkali dihubungkan dengan kepatuhan terhadap norma-norma yang ada, dalam beberapa kasus, itu juga bisa menjadi pendorong perubahan sosial.
Individu yang berani menantang norma-norma yang tidak adil atau tidak sesuai dengan perkembangan zaman dapat menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat.
Contohnya adalah gerakan hak sipil yang melawan segregasi rasial di Amerika Serikat.
Pemberontakan terhadap konformitas saat itu membantu menciptakan perubahan sosial yang sangat penting.
Baca Juga: Peluang Emas Bagi Mahasiswa: Magang di Perusahaan Ternama Melalui Program MSIB
**3. **Kreativitas dan Inovasi**
Namun, terlalu banyak konformitas juga bisa menghambat kreativitas dan inovasi individual.
Orang-orang yang terlalu khawatir tentang mengikuti apa yang sudah ada mungkin merasa enggan untuk berpikir di luar kotak dan menciptakan sesuatu yang baru.
Inovasi seringkali muncul dari individu yang berani melanggar norma dan menciptakan jalan baru.
Oleh karena itu, menemukan keseimbangan antara mengikuti norma dan mengejar kreativitas adalah penting dalam memastikan perkembangan yang seimbang dalam masyarakat.
Baca Juga: Eksplorasi Kekayaan Sistem Sosial Budaya Indonesia: Merangkul Keragaman dalam Satu Kesatuan
**4. **Tekanan Kelompok dan Efek Asch**
Salah satu contoh yang menarik mengenai konformitas adalah eksperimen Solomon Asch pada tahun 1950-an.
Dalam eksperimen ini, peserta dihadapkan pada pilihan untuk mengikuti jawaban mayoritas yang jelas salah atau mempertahankan jawaban yang benar meskipun berbeda dengan mayoritas.
Artikel Terkait
Pendidikan Vokasi Menunjukkan Potensi dalam Peringatan HUT ke-78 RI
Eksplorasi Ajaib Teori Sosiologi Modern: Memahami Dinamika Masyarakat Abad 21
Menggali Kebenaran di Balik Perilaku Kriminal: Eksplorasi Teori Kriminologi