Pandangan Weber terhadap Perbedaan Birokrasi Tradisional dengan Birokrasi Modern dan Pengaruh Agama dalam Perkembangan Ekonomi
- Perbedaan Birokrasi Tradisional dengan Birokrasi Modern menurut Weber
Menurut Weber, teori birokrasi rasional adalah sebuah konsepsi model tipe ideal dari hubungan organisasi rasional.
Ia menyebut bila kumpulan mereka itu tidak diatur, kerja mereka bisa acak-acakkan, semrawut, mengacau, tidak rasional dan tidak efisien. Semua yang bernada pemborosan tidak ada aturan dan mubazir dapat diatasi dengan konsep model tipe ideal.
Baca Juga: ROCKY GERUNG SAYANGKAN KRITIKAN PEDASNYA TIMBULKAN KEGADUHAN
Teori Weber menyebut birokrasi adalah alat pemerintahan untuk melaksanakan kebijakannya dalam suatu negara modern, yang disebut dengan birokrasi negara atau aparatur negara seperti lazimnya di Indonesia.
Sifat birokrasi sebagai mesin (rasional/impersonal), tanpa ciri subjektif (personal) apapun. Ini adalah birokrasi ideal, karena sifatnya bagaikan mesin itulah yang menjadikan ia efektif di masyarakat.
Mekanisme didalamnya diatur dengan undang-undang, yang juga berjalan secara otomatis tanpa pandang bulu.
Promosi, rekruitering (penerimaan dalam birokrasi tersebut) di atur dan gaji atau sumber penghasilan pribadi terpisah dengan jabatan para anggota birokrasi.
Baca Juga: Hubungan Penelitian Dengan Pemasaran Sosial dan Dengan Keputusan Manajemen
Fungsi-fungsi (sifat yang menyolok dari birokrasi modern) khususnya hierarki atasan dan bawahan dan lain-lain diatur dengan undang-undang.
Negara menyerahkan kekuasaan kepada birokrasi untuk memerintah masyarakat sebagai aparat negara.
Kesimpulannya, jika sistem birokrasi tradisional masih berantakan, kacau dan tidak efesien maka birokrasi modern sebaliknya, sistem birokrasi modern sudah diatur dalam undang-undang sehingga menjadi efektif pada masyarakat.
- Pengaruh Agama dalam Perkembangan Ekonomi menurut Weber:
Pertama, berpengaruh pada masyarakat yang mewujudkan kemungkinan yang sama untuk perkembangan kapitalisme modern, haruslah dijumpai agama tertentu yang memiliki etika protestan atau yang sama dengan etika protestan.
Kedua, pada masyarakat kapitalisme modern tidak timbul, harusnya tidak dijumpai ajaran-ajaran agama protestan atau yang sama dengan etika protestan.
Artikel Terkait
Baznas Kabupaten Sigi memprioritaskan program pendidikan untuk memberantas buta aksara
ROCKY GERUNG SAYANGKAN KRITIKAN PEDASNYA TIMBULKAN KEGADUHAN
Merdeka Belajar Goes Global: Peluang Kerja Sama Pendidikan Mandarin Indonesia-Tiongkok
Kolaborasi Menteri PANRB dan Menag Mempercepat Reformulasi PPPK 2022, Tingkat Kelulusan Melonjak 77,27 Persen
Hubungan Penelitian Dengan Pemasaran Sosial dan Dengan Keputusan Manajemen