Meski begitu, peristiwa ini pula dikatakan muat bermacam perihal yang membuat Rasullullah SAW pilu.
Dari ajaran langit tersebut, ada nilai- nilai signifikan untuk suatu kepemimpinan. Awal, sebagaimana tercermin dari ayat yang mengemukakan peristiwa Isra Miraj, yang diawali dengan tasbih, pula peristiwa pembersihan dada Nabi dengan air zamzam ditambah dengan wudlu, hingga dalam suatu kepemimpinan, perihal awal yang wajib dicoba merupakan melindungi integritas moral.
Baca Juga: Bruce Willis didiagnosis menderita 'penyakit kejam' demensia frontotemporal
Dalam konteks keindonesiaan, perihal ini bisa diwujudkan dengan reformasi moral( revolusi mental) yang diawali dari tingkatan aparaturnya.
Kedua, tidak hanya integritas moral( akhlaqul karimah), yang tidak kalah berartinya merupakan belajar kepada sejarah.
Dia dapat berbentuk nilai- nilai yang berkenaan dengan masa dulu sekali, bisa pula berbentuk pengalaman dari orang per- orang yang sempat melaksanakan suatu kepemimpinan.
Baca Juga: K-DRMA YANG COCOK KAMU TONTON
Dengan demikian kontinuitas kesejarahan bisa terus dipertahankan serta dibesarkan. Dalam ungkapan kaidah fiqh, Memelihara nilai lama yang baik serta mengambil nilai baru yang lebih baik( Al- muhafazah ala al- qadim al- shalih wa al- akhzu bi al- jadid al- ashlah).
Ketiga, dengan integritas moral dan nilai- nilai kesejahteraan itu, diharapkan suatu kepemimpinan bisa berjalan dengan benar serta tidak gampang terpincut godaan, sebagaimana teladan Nabi kala melaksanakan Miraj- nya.
Kepemimpinan yang demikian cuma dimungkinkan, manakala segala aparaturnya tegak lurus dalam melakukan keadilan( al- adallah), dengan didasari oleh nilai- nilai persamaan di muka hukum( al- musawwah).
Baca Juga: ERICK THOHIR JADI KETUM PSSI BERJANJI PADA NETIZEN BENAHI SEPAK BOLA NEGERI BUKTI SEBUAH KEMENANGAN
Perihal ini juga hendak bisa berjalan baik, manakala aparatur tersebut berlagak tidak berubah- ubah serta disiplin( istiqamah), bisa dipercaya( amanah) dan ingin merundingkan seluruh perkara-- yang menyangkut kepemimpinan- secara bersama( musyawarah).
Serta satu perihal yang tidak boleh dibiarkan, ialah jangan hingga dia berlagak ataupun berlagak sok pintar ataupun merasa sangat ketahui terhadap seluruh urusan( tanatthu). Terhadap yang dipandu jangan hingga mempersulit( tasydid), serta kebijakannya tidak melewati batasan keahlian yang terdapat( ghuluw), baik untuk yang dipandu ataupun juga si pemimpin itu sendiri.
Keempat, hendaknya kebijakan seseorang pemimpin membumi kepada hati serta kebutuhan( rakyat) yang dipimpinnya. Dalam peristiwa Isra Miraj, perihal itu sudah diteladankan Nabi saw, kala dia sudi kembali( turun) ke bumi sehabis berjumpa Allah. Sementara itu pertemuan dengan Allah- lah cita- cita serta tujuan umat manusia, terlebih kalangan sufi( para pencari Tuhan).
Baca Juga: ERICK THOHIR KETUA PSSI