2. Karl Marx
Pemikiran Karl Marx tentang sosiologi berfokus pada perubahan sosial dan revolusi yang menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Menurut buku "Teori Sosiologi Klasik" karya Wahyuni, Karl Marx melihat sejarah manusia sebagai pertentangan antar kelas.
Pemikirannya sangat berpengaruh dalam konsep kelas, konflik, dan perubahan sosial. Karya Marx juga menjadi basis perkembangan teori konflik dalam sosiologi.
Teori konflik meyakini bahwa ketidaksetaraan dalam masyarakat menyebabkan perubahan sosial.
3. Emile Durkheim
Emile Durkheim, seorang sosiolog terkemuka asal Prancis, dikenal karena teori "jiwa kelompok".
Baginya, jiwa kelompok berpengaruh terhadap jiwa individu. Artinya, kehidupan sosial membentuk perilaku individu, bukan sebaliknya.
Perilaku individu hanya bisa dipahami dan dinilai dengan memperhatikan kehidupan sosial yang membentuknya.
Norma dan nilai-nilai sosial memberikan batasan pada perilaku individu dan menyebabkan perilaku tertentu.
Durkheim juga mengidentifikasi dua jenis kesadaran, yaitu kesadaran kolektif (collective consciousness) dan kesadaran individual (individual consciousness).
Kesadaran kolektif dapat berupa kesadaran eksternal dan pembatasan. Kesadaran eksternal merujuk pada kesadaran kolektif yang berada di luar individu dan mempengaruhinya melalui aturan moral, agama, dll.
Pembatasan berarti kesadaran kolektif tersebut memberikan tekanan pada individu dan mengenakan sanksi atau hukuman bagi mereka yang melanggar.