Tahun 2025, asesmen ini akan lebih personal, sehingga setiap siswa dinilai berdasarkan kemajuan individu, bukan perbandingan dengan siswa lain.
Baca Juga: Banjir Besar Terjang Denpasar, Media Asing Sorot Dampak dan Korban
Dampak Bagi Siswa SMA
-
Lebih Mandiri dalam Belajar
Dengan banyak pilihan mata pelajaran, siswa dituntut lebih bijak dalam menentukan arah studi. Misalnya, siswa yang bercita-cita menjadi dokter bisa fokus pada Biologi dan Kimia, sementara calon pengusaha bisa memilih Ekonomi, Akuntansi, dan Teknologi Informasi. -
Persiapan ke Dunia Kerja Lebih Matang
Kurikulum Merdeka 2025 menekankan keterampilan praktis. Siswa SMA tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman nyata melalui proyek, magang, atau kolaborasi dengan dunia industri. -
Mengurangi Tekanan Akademik
Sistem penilaian berbasis proyek membuat siswa tidak lagi terbebani ujian akhir semata. Mereka bisa menunjukkan potensi melalui karya, inovasi, maupun kontribusi sosial.
Baca Juga: Banjir Hebat di Denpasar Bali Sorotan Media Asing: 6 Tewas dan Akses Lumpuh
Tantangan dalam Penerapan Kurikulum Merdeka 2025
Meski terdengar ideal, penerapan kurikulum ini tidak lepas dari tantangan:
-
Kesiapan Guru
Tidak semua guru terbiasa dengan metode Project Based Learning. Dibutuhkan pelatihan intensif agar guru mampu membimbing siswa secara kreatif. -
Fasilitas Sekolah
Tidak semua sekolah SMA di Indonesia memiliki fasilitas memadai untuk mendukung proyek berbasis teknologi dan praktik lapangan. -
Kesadaran Orang Tua
Banyak orang tua masih berpikir bahwa nilai rapor adalah segalanya. Padahal dalam Kurikulum Merdeka, yang lebih ditekankan adalah perkembangan keterampilan dan karakter siswa.
Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Denpasar, Bali: Media Asing Soroti Dampak dan Penyebab
Langkah yang Harus Dilakukan Siswa dan Guru
-
Bagi Siswa
-
Menentukan minat dan bakat sejak awal.
-
Aktif mengikuti proyek dan kegiatan ekstrakurikuler.
-
Belajar manajemen waktu, karena sistem baru menuntut kemandirian.
-