catatanfakta.com - Kisah sukses Prajogo Pangestu yang berhasil mencapai harta kekayaan lebih dari Rp1.000 triliun benar-benar menginspirasi.
Awalnya beliau tidak terlahir dari keluarga kaya, bahkan beliau harus mengalami masa sulit hingga tidak mampu menyelesaikan pendidikan SMA.
Belum lagi, saat mencari pekerjaan beliau juga mengalami kesulitan hingga dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kalimantan.
Baca Juga: Rey Utami Geser Raffi Ahmad, Artis Terkaya di Indonesia dengan Harta Rp 4,7 Triliun!
Beliau kemudian bekerja sebagai sopir angkot pada tahun 1960. Meski pekerjaannya ini adalah hal yang sangat sederhana, beliau selalu berupaya untuk bekerja keras dan memiliki impian besar di masa depan.
Pekerjaan itu dia lakoni pada tahun 1960. Menjadi sopir angkot menjadi batu loncatan dalam kehidupannya.
Melalui ada perkenalan dengan pengusaha kayu asal Malaysia bernama Burhan Uray, beliau berhasil memulai karirnya di industri kayu sekitar tahun 1969.
Baca Juga: Pewaris Redbull Mark Mateschitz Terima Bayaran Rp9,8 Triliun, Jadi Milenial Terkaya di Dunia
Burhan Uray kemudian merekrut Prajogo sebagai General Manager (GM) di Pabrik Plywood Nusantara yang berada di Gresik, Jawa Timur setelah Prajogo bekerja dengan tekun selama 7 tahun di perusahaan tersebut.
Setelah mendapatkan cukup pengalaman di industri kayu, Prajogo memulai bisnisnya sendiri melalui Barito Pacific Timber pada akhir 1980-an.
Pada saat itu, perusahaan tersebut memiliki hak konsesi hingga 6 juta hektare di seluruh Indonesia dan menghasilkan produk seperti plywood, blockboard, particle board, dan woodworking product. Produknya juga diekspor ke luar negeri seperti Eropa dan Amerika.
Setelah krisis finansial hitam di Asia melanda, pada tahun 2000-an, bisnis pengolahan kayu mengalami kemunduran dan beberapa pabrik pengolahan kayu milik perusahaan tutup mulai tahun 2004 hingga tahun 2007.
Kemudian, Prajogo mengubah arah bisnisnya ke sektor petrokimia dan energi pada tahun 2007 dengan mengakuisisi 70 persen saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.