catatanfakta.com - Natal di Papua selalu diwarnai dengan tradisi berapen, sebuah kegiatan membakar batu yang tidak hanya menjadi sarana memasak, namun juga menjadi lambang kebersamaan masyarakat.
Bagi warga Papua, terutama yang tinggal di daerah pedalaman, perayaan Natal merupakan momen penting yang melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam merayakan kelahiran Yesus.
Namun, yang menarik adalah bagaimana tradisi berapen telah menjadi simbol kuat dari pemersatu masyarakat Papua di tengah berbagai perbedaan.
Baca Juga: 14 Tradisi Pernikahan Adat Indonesia yang Wajib Kamu Tahu di VALSKRIE 2024
Masyarakat Papua menggunakan cara yang unik untuk mempersiapkan hidangan Natal mereka dengan tradisi membakar batu yang dikenal sebagai berapen. Sebenarnya, kegiatan ini lebih dari sekadar proses memasak.
"Membakar batu bukan hanya tentang memasak, namun lebih kepada simbol perdamaian antar suku yang terjalin melalui tradisi ini," jelas salah seorang pengamat budaya, Nipur, dalam Jurnal Holistik (2022).
Bagaimana batu yang dibakar bisa menjadi alat untuk menciptakan kebersamaan adalah inti dari makna yang terkandung dalam berapen.
Baca Juga: Rahasia Tersembunyi di Hutan Papua: Sarang Semut, Obat Mujarab Berabad-abad
Pada zaman dahulu, berapen digunakan sebagai bagian dari ritual persembahan atau ekspresi kegembiraan dan kesedihan untuk leluhur. Namun, di era modern ini, berapen memiliki fungsi yang lebih luas.
Selain merayakan hari raya Natal, tradisi ini juga dapat diadakan untuk berbagai acara penting lainnya seperti pernikahan, peresmian, dan bahkan upacara kematian. Salah satu keunikan dari perayaan ini adalah cara mempersiapkan bahan makanan.
Biasanya, para pria mempersiapkan batu dan kayu bakar untuk menciptakan bara api yang panas, sementara wanita akan menyiapkan bahan makanan, mulai dari sayuran hingga daging yang akan dipanggang di atas batu panas.
Baca Juga: Senggo, Daerah Mayoritas Mualaf di Papua Selatan Resmi Memiliki Musala
Selain menjadi alat memasak yang praktis, tradisi berapen juga menuntut kerja sama dan partisipasi aktif dari seluruh warga kampung. Prosesnya memakan waktu hingga berhari-hari, dan tempat pelaksanaannya selalu melibatkan lapangan terbuka yang luas, agar kegiatan ini bisa diikuti oleh banyak orang dan mencegah risiko kebakaran yang dapat ditimbulkan oleh api terbuka.
Keterlibatan banyak orang dalam tradisi ini menjadikannya sebuah ajang untuk mempererat hubungan antar individu dan suku di Papua.
Artikel Terkait
Gempa Besar Guncang Papua Pegunungan dengan Magnitudo 6,1: BMKG Peringatkan Potensi Dampak Besar!
Pemakaian Pesawat Charter Anggota KPU Papua Menuju Jakarta, Upaya Mengejar Tenggat Rekapitulasi Suara Pemilu 2024
Skandal Suara Pemilu 2024: PPP Ungkap Pergeseran Suara di Papua dan Jawa Barat
Skandal Pemilu 2024: PPP Gugat KPU atas Pergeseran Suara di Papua dan Jawa Barat, Ancam Bawa Kasus ke MK
Teror KKB di Papua: Gereja Jadi Saksi, Barang Elektronik Dirampas