Ormas diharapkan dapat mengambil peran sebagai penengah dan penjaga tradisi dialog ini sehingga masyarakat dapat berhenti menjadi komunal dan memandang masalah melalui prinsip dialog.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Tol Cikampek: Peringatan Penting untuk Semua Pengendara
Sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, PP Muhammadiyah dan PWNU kini membuka dialog dengan Mbah Benu yang melakukan aktivitas tersebut.
Ormas-ormas harus mengambil peran sebagai penengah dan penjaga tradisi dialog ini. Tidak hanya menjadi penghafal teks, tapi mereka harus menjadi fasilitator, mediator, dan penyatupara warga masyarakat atau umat.
Kita harus tetap menghargai perbedaan yang ada, khususnya ketika hal tersebut berkaitan dengan agama.
Perbedaan cara penentuan bulan ramadan misalnya, harus dihadapi dengan dialog dan toleransi, sehingga tidak terjadi konflik dan ketegangan yang berlebihan.
Ketika ada kelompok atau individu yang memilih cara berbeda dalam melaksanakan ibadah, kita harus mampu memahami dan menghargai setiap keputusan yang mereka ambil, sepanjang hal tersebut tidak melanggar hukum yang berlaku.
Tidak hanya PP Muhammadiyah dan PWNU, organisasi masyarakat lainnya pun harus mengambil peran dalam menjaga tradisi dialog ini.
Kita harus bersama-sama mengupayakan agar masyarakat Indonesia dapat hidup dalam suasana yang aman dan damai, tanpa terjadi konflik yang serius akibat perbedaan yang ada.
Artikel Terkait
Mudik Gratis Alfamart Kontroversi Penumpang di pinta Iuran : Klarifikasi Soal Komplain Penumpang
Menengok Kisah Cinta Anisa Bahar dan Edwin Bahari saat Liburan di Thailand