Ketum PP Muhamdiyah dan PWNU Buka Dialog dengan Mbah Benu

Catatanfakta.com - Toleransi dan dialog harus menjadi prinsip utama dalam menyikapi perbedaan, terutama ketika ada kelompok atau individu yang melakukan kegiatan yang bersebrangan dengan mayoritas.

Seperti halnya Jemaah Masjid Aolia, Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu yang memilih untuk melaksanakan Salat Idulfitri 1 Syawal lima hari lebih awal daripada waktunya yang ditentukan oleh pemerintah maupun Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyarankan agar semua pihak mengedepankan prinsip toleransi dan dialog, karena masyarakat Indonesia cenderung berpikir komunal.

Baca Juga: Sidang Isbat Menentukan Lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah, Diprediksi Serentak

Pola komunikasi macam ini seharusnya dilakukan oleh semua golongan masyarakat agar tidak terjadi konflik dan ketegangan yang berlebihan.

Tradisi dialog tidak seharusnya dilakukan oleh kalangan elit semata, tetapi harus dari seluruh elemen masyarakat.

Organisasi-organisasi seperti ormas diharapkan dapat berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan masalah, baik yang berkaitan dengan agama maupun sosial.

Baca Juga: Peningkatan Kesiapan Jalur Mudik di Wilayah Puncak

Dalam menghadapi perbedaan, pendekatan dialog harus dihidupkan kembali.

Sekalipun ini merupakan suatu yang baru dalam kultur masyarakat Indonesia, namun hal ini harus dijalankan karena mempunyai peran penting dalam proses rekonsiliasi dan penyelesaian masalah.

Organisasi masyarakat, termasuk ormas, memainkan peran penting dalam menjaga tradisi dialog ini agar tetap lestari dan terjaga.

Baca Juga: Jalur Fungsional Tol Japek II Selatan Dibuka Akibat Kecelakaan Mengerikan di Tol Cikampek

Dalam membuka dialog, harus bekerja sama dan mengedepankan prinsip toleransi, hal ini dapat mencegah terjadinya konflik dan ketegangan yang berlebihan.

Peran ormas dalam menjaga tradisi dialog ini juga sangat penting bagi menjaga keharmonisan masyarakat dan menghindari adanya tindakan persekusi.