2. Gunakan Tools Verifikasi
-
Manfaatkan platform cek fakta seperti turnbackhoax.id, Cek Fakta Kompas, atau fitur fact-check Google.
-
Gunakan aplikasi pengecek foto seperti Google Lens untuk memastikan keaslian gambar.
3. Waspadai Judul Klikbait
-
Judul provokatif sering kali tidak sesuai dengan isi.
-
Baca keseluruhan artikel, jangan hanya mengandalkan potongan teks.
4. Bandingkan dengan Media Lain
-
Informasi valid biasanya dilaporkan oleh banyak media terpercaya.
-
Jika hanya satu sumber yang memberitakan, patut dicurigai.
5. Tingkatkan Etika Digital
-
Jangan asal membagikan konten tanpa verifikasi.
-
Ingat prinsip “Think Before Share”.
Baca Juga: Mulai 2025, Peserta BPJS Wajib Skrining Kesehatan Tahunan: Gratis, Cepat, dan Jadi Syarat ke Faskes
Studi Kasus: Hoaks Kesehatan di Masa Pandemi
Salah satu contoh nyata adalah maraknya hoaks seputar obat Covid-19 pada 2020–2022. Banyak masyarakat percaya pada ramuan atau klaim tanpa dasar medis.
Akibatnya, sebagian justru menunda perawatan medis dan memperburuk kondisi kesehatan.
Laporan WHO mencatat, misinformasi kesehatan berkontribusi besar pada meningkatnya angka keterlambatan penanganan pasien di berbagai negara.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa hoaks bukan sekadar masalah informasi, melainkan ancaman nyata bagi keselamatan publik.
Baca Juga: Kenapa Otak Lebih Aktif Saat Malam Hari? Fakta Sains yang Mengejutkan
Peran Pemerintah dan Platform Digital
Kominfo terus menggencarkan program Siberkreasi untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Selain itu, platform media sosial seperti Meta, TikTok, dan X (Twitter) juga berkolaborasi dengan lembaga cek fakta independen untuk memerangi disinformasi.
Artikel Terkait
Gebyar Pelayanan Terpadu dalam Rangka Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI Ke-80
Guru Honorer Bisa Jadi Penulis Bestseller, Begini Strateginya