catatanfakta.com - Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, nama H.O.S Tjokroaminoto tidak bisa diabaikan. Dikenal sebagai "Raja Tanpa Mahkota," Tjokroaminoto berjuang untuk membebaskan rakyat dari belenggu kolonialisme Belanda.
Namun, perannya tidak hanya terbatas pada ranah politik; ia juga menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk mengubah nasib bangsa. Dalam konteks ini, penting untuk menggali lebih dalam pemikirannya tentang pendidikan yang hingga kini tetap relevan.
Tjokroaminoto percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memerdekakan bangsa. Dalam seminar bertema "Yayasan Tjokroaminoto dan Pendidikan Sarekat Islam," Zulkifli Halim, mantan Rektor Universitas Cokroaminoto, menekankan bahwa "masyarakat yang terdidik adalah cara memerdekakan bangsa."
Ini menunjukkan bahwa Tjokroaminoto tidak hanya memikirkan pendidikan sebagai proses transfer ilmu, tetapi juga sebagai upaya untuk membangkitkan kesadaran sosial dan politik di kalangan rakyat.
Pada tahun 1930-an, Tjokroaminoto mendirikan banyak sekolah yang mengadopsi kurikulum dari pemikirannya. Dalam buku "Moeslim Nationale Onderwijs," ia merumuskan pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga nilai-nilai keislaman dan budi pekerti. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus mengangkat harkat dan martabat individu.
"Pendidikan harus memperhatikan rakyat kelas bawah," ujarnya dalam kongres istimewa di Bandung, menandakan komitmennya untuk menjangkau semua lapisan masyarakat.
Baca Juga: Pendidikan Berbasis Cinta: Kemenag Siapkan Generasi Penuh Kasih Sayang, Apa Tujuannya?
Pendidikan menurut Tjokroaminoto juga melibatkan implementasi nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Ia meyakini bahwa pengajaran yang efektif adalah yang disertai dengan contoh nyata.
"Proses pengiriman ilmu itu melalui perkataan, sikap, dan perilaku," ujarnya, menunjukkan bahwa pendidikan harus menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Prinsip-prinsip yang dipegang Tjokroaminoto dalam mendidik sangatlah mendasar. Pertama, ia menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kemerdekaan; kedua, keberanian untuk berpihak pada kebenaran; ketiga, budi pekerti yang baik; keempat, kecintaan terhadap budaya sendiri. Melalui pendekatan ini, Tjokroaminoto tidak hanya menciptakan generasi terdidik, tetapi juga generasi yang memiliki kesadaran sosial dan cinta tanah air.
Baca Juga: Pendidikan Berbasis Cinta: Kemenag Siapkan Generasi Penuh Kasih Sayang, Apa Tujuannya?
Dalam konteks pendidikan saat ini, pemikiran H.O.S Tjokroaminoto memberikan inspirasi bagi kita untuk terus berjuang demi pendidikan yang merata dan berkualitas.
Dengan mengedepankan nilai-nilai luhur dalam pendidikan, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian terhadap sesama.
Artikel Terkait
Refleksi Mendalam atas Tren Penurunan Demokrasi dan Kesenjangan Pendidikan di Jawa Tengah
Apa yang Terjadi di Industri Pendidikan Tahun Ini? Menghadapi Tantangan Pendidikan di Indonesia
Aspirasi Guru Terungkap: Wamendikdasmen Beri Harapan Baru untuk Pendidikan Indonesia
Transformasi Pendidikan Madrasah? Kemenag Siapkan 73.615 Guru dengan Pelatihan Online MOOC Pintar
Trilogi Ki Hadjar Dewantara: Pondasi Utama Pendidikan Generasi Masa Depan