catatanfakta.com - Cuaca panas yang melanda Indonesia akhir-akhir ini membuat kondisi cenderung tidak nyaman dan gerah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mencatat adanya kenaikan suhu di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Peristiwa tersebut terjadi akibat dari peralihan musim atau pancaroba, dan bukan akibat materi gelombang panas atau heatwave sebagaimana yang terjadi di negara Asia lainnya seperti Kamboja dan Thailand.
Baca Juga: Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto Mengimbau Masyarakat untuk Waspada Cuaca Ekstrem
Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG menyatakan bahwa fenomena cuaca panas yang terjadi di Tanah Air tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.
Fenomena cuaca panas seperti ini terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.
Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan menyebutkan bahwa pada awal Mei 2024 baru 8% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Landa Semarang: 32 Pohon Tumbang dan 6 Lokasi Tanah Longsor
Beberapa wilayah yang masih berada pada musim hujan termasuk sekitar 76% wilayah Indonesia. Masih menurutnya, sejumlah wilayah Indonesia akan memasuki periode musim kemarau pada beberapa waktu ke depan.
Meski suhu di beberapa wilayah Indonesia cukup tinggi dan panas, namun dari keterangan Deputi Bidang Meteorologi BMKG bahwa hal tersebut tidak terkait dengan fenomena gelombang panas yang melanda sejumlah negara Asia.
Menurut Guswanto, kenaikan suhu di Indonesia merupakan fenomena cuaca panas terik bukan gelombang panas.
Baca Juga: Cuaca Panas Lagi, Ini 5 Tips yang Perlu Diikuti
Indonesia tidak memenuhi syarat untuk mengalami gelombang panas yang mana syarat harus dipenuhi untuk wilayah yang mengalami gelombang panas adalah suhu rata-rata naik 5 derajat Celsius dan terjadi selama lima hari berturut-turut.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa kondisi maritim di sekitar Indonesia, dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan, mengakibatkan naiknya gerakan udara.
Artikel Terkait
Bekasi, Jawa Barat, Terkena Cuaca Panas Ekstrem dengan Suhu 38,7°C - Warga Berebut Tempat Perlindungan!
Harga Cabai Rawit Melonjak, Cuaca Kemarau Jadi Penyebab Utama
Cuaca Berubah Signifikan di Kota Bogor, BMKG Minta Warga Tetap Siaga
Jerman U-17 Bersiap untuk Piala Dunia U-17: Beradaptasi dengan Cuaca dan Minta Dukungan dari Warga Bandung
Penutupan Jalur Pendakian Gunung Salak dan Kawah Ratu Akibat Peningkatan Aktivitas Gempa dan Cuaca Ekstrem