Catatanfakta.com- Sekitar 34 orang, termasuk bayi-bayi prematur, tewas saat dirawat di Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza, yang terpaksa berhenti beroperasi karena kehabisan bahan bakar untuk menjaga generator tetap berfungsi selama perang.
Situasi ini mengakibatkan kepanikan di tengah-tengah masyarakat Gaza.
Kurangnya pasokan bahan bakar dan adanya pertempuran sengit di sekitar kompleks rumah sakit yang seringkali merusak bangunan, membuat beberapa rumah sakit, termasuk RS Al-Shifa, terpaksa menghentikan operasional mereka.
Baca Juga: Kemacetan di Tol Dalam Kota Pagi Ini: Cawang Arah Tebet dan Exit Tol Kuningan Padat
Hal ini berdampak pada pasien yang membutuhkan perawatan khusus, terutama bayi-bayi prematur yang membutuhkan peralatan medis dan tempat tidur yang tepat untuk mempertahankan hidup mereka.
Sementara itu, Israel menuduh Hamas membangun komando militer di bawah kompleks rumah sakit tersebut, yang dibantah oleh pihak Hamas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan para dokter yang bertugas di fasilitas-fasilitas medis di Jalur Gaza memperingatkan bahwa kurangnya pasokan bahan bakar untuk generator akan memicu banyak korban jiwa.
Baca Juga: Merayakan Multikulturalisme di Era Globalisasi
Tragedi RS Al-Shifa di Gaza menunjukkan betapa pentingnya pasokan bahan bakar yang memadai dalam fasilitas kesehatan, terutama di kondisi darurat seperti perang.
Hal ini harus menjadi perhatian bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk memastikan bahwa pasokan bahan bakar tetap terjaga agar kesehatan dan keselamatan pasien terjamin.
Artikel Terkait
perspektif sosiologi dalam kehidupan sehari-hari
Enam Karakter Budaya yang Mendasari Keberagaman Masyarakat