Indonesia berpotensi kehilangan RP. 216 Triliun gegara frekuensi 5G

photo author
- Minggu, 12 November 2023 | 14:48 WIB
Teknisi sedang melakukan perawatan BTS XL Axiata. PT XL Axiata Tbk terus menghadirkan layanan berkualitas dengan keberlanjutan perluasan jaringan data 4G dan fiberisasi. (Foto suaramerdeka.com /dokumentasi)
Teknisi sedang melakukan perawatan BTS XL Axiata. PT XL Axiata Tbk terus menghadirkan layanan berkualitas dengan keberlanjutan perluasan jaringan data 4G dan fiberisasi. (Foto suaramerdeka.com /dokumentasi)

Catatanfakta.com Asosiasi penyedia layanan seluler global, GSMA, memperingatkan Pemerintah Indonesia terkait potensi kehilangan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp 216 triliun akibat peningkatan biaya spektrum frekuensi di Indonesia .

Penelitian terbaru dari GSMA Intelligence menunjukkan bahwa biaya spektrum frekuensi di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam 10 tahun terakhir, yang bisa menjadi ancaman besar bagi operator seluler yang ingin berinvestasi dalam infrastruktur digital masa depan Indonesia .

Laporan GSMA mengungkapkan bahwa rencana Pemerintah Indonesia untuk mendorong transformasi digital bisa terhambat, kecuali dilakukan peninjauan kembali terhadap penetapan harga spektrum seluler 5G .

Baca Juga: BUDAYA POLITIK ALMOND DAN POWELL

Analisis GSMA memperkirakan, dalam skenario paling buruk, sekitar sepertiga dari manfaat sosio ekonomi 5G, atau sekitar Rp216 triliun, bisa hilang dari PDB Indonesia pada tahun 2024-2030 jika harga pita spektrum baru masih mengikuti harga lama .

Dalam waktu dekat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan melakukan lelang spektrum frekuensi 5G .

GSMA mendorong Pemerintah Indonesia untuk terus memberikan insentif bagi industri untuk berinvestasi demi mendorong pertumbuhan ekonomi dan masyarakat .

Baca Juga: kategori budaya politik parokial-partisipan menurut Almond dan Powell.

Salah satu rekomendasi yang diberikan GSMA adalah mengurangi harga tawar minimum untuk lelang pita spektrum frekuensi mendatang .

Head of Asia Pasific GSMA, Julian Gorman, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat di kawasan Asia Pasifik .

Gorman menambahkan bahwa keputusan Pemerintah Indonesia dalam memprioritaskan pembangunan infrastruktur TIK, termasuk penyelesaian penggelaran 4G dan pengembangan jaringan 5G, adalah keputusan yang tepat .

Baca Juga: lmu Menurut Para Sarjana Muslim: Penggabungan Pengetahuan Umum dengan Lauhil Mahfudz dari Al-Qur'an dan As-Sunnah

Namun, pengadaan 5G di Indonesia akan membutuhkan waktu, karena dibutuhkan pendekatan yang cermat dari pemerintah mengingat adanya kendala geografis dan kesiapan pasar di Indonesia .

Menurut perkiraan GSMA, 80% dari total populasi Indonesia akan menggunakan layanan 5G pada tahun 2030 .

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X