nasional

Produsen Tempe dan Tahu Bermasalah dengan Despresiasi Rupiah.

Jumat, 24 November 2023 | 20:26 WIB

Catatanfakta.com --- Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) prihatin dengan terus terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang kini mendekati Rp16.000 per USD. Depresiasi tersebut membuat biaya produksi para produsen tempe dan tahu meningkat.

Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gakoptindo, mengatakan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor tidak berkurang meski nilai tukar rupiah terdepresiasi. Ketergantungan ini memperburuk keadaan produsen tempe dan tahu.

“Dari sudut pandang produsen tempe dan tahu, semua orang khawatir dengan kenaikan harga kedelai setiap minggunya. Impor kedelai tidak berubah, 90% kedelai diimpor dan hanya 10% yang diproduksi di dalam negeri,” kata Aip kepada CNNIndonesia. com pada hari Minggu, 29 Oktober.

Baca Juga: Ancaman Krisis Pangan Kian Nyata, BMKG Berikan Peringatan Dini

Ia mengungkapkan, harga kedelai kini menyentuh Rp13.000 hingga Rp13.500 per kg, melebihi harga acuan yang ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Ia meminta pemerintah turun tangan mengatasi kenaikan harga kedelai di tengah depresiasi Rupiah. Salah satu permintaan produsen tempe dan tahu adalah agar pemerintah menyisihkan cadangan pangan (CPP) untuk menstabilkan harga.

“Dana CPP belum masuk, baik dari Bulog, Bapanas, atau BUMN pangan. Makanya kemarin kami protes dan ajukan surat resmi ke Bapanas untuk meminta solusi. Namun, kami tidak mendapat solusi dari pertemuan virtual yang dilakukan pekan lalu. Bapanas,” klaim Aip.

Gakoptindo mengaku dilema karena ingin menaikkan harga tempe dan tahu, namun berisiko diprotes oleh penjual kedelai di pasar.

Baca Juga: Mendagri Tito Karnavian Mendorong Diversifikasi Pangan di Tengah Kenaikan Harga Beras

Aip mengklaim, 5 juta produsen tempe dan tahu bersiap menggelar aksi mogok yang melibatkan demonstrasi. Namun Aip tetap mengendalikannya demi mensejahterakan banyak orang.

“Para produsen tempe dan tahu sudah banyak yang berlangganan penjual di pasar. Jadi, kalau harga tempe dan tahu kita naikkan, penjual akan marah-marah ke kita, ‘Naikkan lagi harganya. Ukuran tempe sudah berkurang. ' Kenapa kedelai tidak disubsidi? Kenapa kami produsen tempe dan tahu tidak dibantu?” pinta Aip.

Nilai tukar rupiah terus terdepresiasi dan kini mencapai hampir Rp16.000 per USD. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim hal itu disebabkan adanya aliran modal asing yang keluar dari Indonesia pada September dan Oktober 2023.

“Sebenarnya depresiasi rupiah relatif baik. Walaupun masyarakat Indonesia biasanya melihat dari nominal, namun jika dilihat dari nilai tukar secara year to date hanya terdepresiasi sebesar 0,7%,” ujarnya dalam Konferensi Pers APBN KiTA di Jakarta. Jakarta Pusat pada Rabu, 25 Oktober.

“Jadi penyebabnya mungkin bukan rupiah, melainkan penguatan dolar AS yang suku bunganya tinggi. Kita lihat indeks dolar AS atau DXY mengalami kenaikan sebesar 2,7%,” imbuhnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Ekonom Beberkan Penyebab Harga Beras Terus Naik

Selasa, 2 September 2025 | 10:00 WIB