Catatanfakta.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melaporkan bahwa tinggi muka air (TMA) di Bendungan Katulampa, Bogor Timur, Bogor, Jawa Barat, semakin menyusut akibat jarangnya hujan.
Situasi ini merupakan tanda awal musim kemarau kering yang telah diwaspadai oleh BMKG. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan terutama bagi sektor pertanian yang membutuhkan pasokan air yang cukup.
Untuk mengatasi masalah ini, Koordinator Pengelola Bendung Pintu Air Katulampa Bogor, Andi Sudirman, menekankan bahwa sektor pertanian harus tetap menjadi prioritas utama dalam mendapatkan pasokan air yang tersedia.
Baca Juga: Musim Kemarau Melanda Indonesia, 21 Daerah Dilanda Kekeringan Selama 2 Bulan Terakhir
Andi Sudirman memastikan bahwa meskipun kondisi air berkurang, namun pasokan air di Bendungan Katulampa masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian.
Untuk mengatasi krisis air, air di Bendungan Katulampa didistribusikan menjadi dua bagian. Sebagian dialirkan ke Kali Baru untuk keperluan pertanian, Kebun Raya Bogor, dan Istana Bogor.
Sedangkan sebagian lagi dialirkan ke Sungai Ciliwung yang melintasi Kota Bogor. Hal ini dilakukan untuk memastikan keberlanjutan pasokan air di daerah tersebut.
Baca Juga: Operasi Kemanusiaan TNI, Panglima Berikan Bantuan Darurat ke Puncak, Papua Tengah
Sebelumnya, diketahui bahwa debit Bendungan Katulampa saat ini berada pada angka 0, karena tidak ada aliran air yang melewati mercu bendung.
Namun, meskipun demikian, setiap harinya air tetap digelontorkan melalui saluran penguras sekitar 300 - 500 liter per detik. Di sisi lain, untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan Istana Bogor, debit air yang mengalir ke Kali Baru mencapai kisaran 2.500 - 3.000 liter per detik.
Pihak BMKG terus memantau perkembangan situasi ini guna memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat serta berbagai sektor terkait.
Baca Juga: 3 Masalah Kesehatan Ini, Mengancam Anda Jika Kekurangan Air Putih: Hati-hati !!!
Dalam menghadapi musim kemarau yang semakin kering, penting bagi semua pihak untuk menjaga dan menggunakan air dengan bijaksana serta mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan untuk mengurangi dampak kekeringan.
Langkah-langkah penghematan air di tingkat individu, komunitas, dan industri sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya krisis air yang lebih parah di masa depan.
Selain itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, pihak berwenang, dan masyarakat dalam menyusun strategi pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan.
Artikel Terkait
17 Unit Hasil Curanmor Dikembalikan Kepada Pemilik Motor di Polres Jakarta Barat
DPR Mendorong Kesadaran Publik: Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg, Bukan Waktu untuk Panic Buying!
Terjebak Longsor di Jakarta Timur, BPD Temukan 3 korban, 1 Orang sudah tidak bernyawa
Panggilan Penyidik Bareskrim Polri: Panji Gumilang Tiba dengan Rombongan di Mabes Polri
Politikus PDIP meminta pernyataan Rocky Gerung tentang Jokowi tidak dianggap begitu saja tanpa pertimbangan