Dampak Harga Beras Naik: Warteg dan UMKM Mengeluh Biaya Produksi Membengkak

photo author
- Sabtu, 6 September 2025 | 13:34 WIB
Seorang pembeli sedang memilih menu makanan di warteg yang menyajikan berbagai hidangan rumahan dengan harga terjangkau. (Foto/YouTube - @DuoPengacara.)
Seorang pembeli sedang memilih menu makanan di warteg yang menyajikan berbagai hidangan rumahan dengan harga terjangkau. (Foto/YouTube - @DuoPengacara.)

 

Harga Beras Naik Lagi, Warteg & UMKM Menjerit

Catatanfakta.com -, Kenaikan harga beras yang terus berlanjut sejak awal September 2025 membuat pelaku usaha kecil, khususnya warteg dan UMKM kuliner, kian tertekan.

Bahan pokok utama tersebut menjadi komponen terbesar dalam biaya produksi, sehingga lonjakan harga langsung berdampak pada neraca keuangan mereka.

“Kalau dulu bisa beli beras Rp11 ribu per kilogram, sekarang sudah tembus Rp15 ribu.

Modal produksi otomatis membengkak, sementara harga jual tidak bisa sembarangan dinaikkan karena pelanggan kabur,” kata Siti, pemilik warteg di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (6/9).

Baca Juga: Petani Untung atau Buntung di Balik Kenaikan Harga Beras Tahun Ini?

Biaya Produksi Membengkak, Untung Menyusut

Pelaku UMKM mengaku kesulitan menjaga keseimbangan antara harga jual dan biaya produksi.

Kenaikan harga beras ditambah dengan naiknya ongkos transportasi dan kebutuhan dapur lainnya seperti minyak goreng serta cabai membuat margin keuntungan semakin tipis.

Jika warteg rata-rata menghabiskan 25–30 kilogram beras per hari, kenaikan harga Rp3.000 per kilogram bisa membuat pengeluaran tambahan mencapai Rp90 ribu per hari atau hampir Rp2,7 juta per bulan.

Angka ini jelas berat bagi usaha kecil dengan omzet harian terbatas.

Baca Juga: Pemerintah Keluarkan Opsi Impor, Benarkah Solusi Atasi Harga Beras yang Terus Naik?

Dampak ke Daya Beli Masyarakat

Selain memukul pelaku usaha, konsumen juga merasakan dampaknya. Banyak warteg terpaksa mengurangi porsi nasi atau menaikkan harga seporsi makanan Rp2.000–Rp3.000.

Akibatnya, pelanggan yang mayoritas pekerja harian dan mahasiswa mulai mengurangi frekuensi makan di luar.

“Biasanya sehari makan di warteg bisa dua kali, sekarang cukup sekali. Sisanya masak sendiri di kosan,” ujar Rizky, mahasiswa di Depok.

Baca Juga: Stok Beras Menipis, El Nino Disebut Jadi Penyebab Utama Kenaikan Harga

Pemerintah Diminta Turun Tangan

Asosiasi UMKM dan komunitas warteg mendesak pemerintah mengambil langkah cepat, baik dengan operasi pasar maupun distribusi beras murah untuk usaha kecil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dhea Rahma Sari

Sumber: Catatanfakta.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X