Rupiah Tertekan, Dolar AS Makin Perkasa di Tengah Konflik Timur Tengah

photo author
- Jumat, 20 Juni 2025 | 10:00 WIB
Ilustrasi dolar dan rupiah. (Net)
Ilustrasi dolar dan rupiah. (Net)

Catatanfakta.com -, Jakarta – Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan hebat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya ketidakpastian global akibat eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah. Ketegangan antara Israel dan Iran, disertai sikap pasar yang kembali mencari perlindungan ke aset safe haven, mendorong rupiah melemah signifikan.

Data dari Refinitiv menunjukkan rupiah ditutup melemah 0,58% ke posisi Rp16.390/US$ pada perdagangan Kamis (19/6/2025). Ini merupakan pelemahan harian terdalam sejak sebulan terakhir, ketika rupiah sempat stabil di kisaran Rp16.200/US$.

Kondisi ini memperlihatkan tingginya volatilitas rupiah di tengah ketidakpastian pasar global yang terus bergejolak.

Baca Juga: IIHF 2025 Resmi Dibuka Pameran Produk Halal, Kajian Islami, hingga Sertifikasi Gratis

Dolar AS Menguat, Rupiah Tak Berkutik

Penguatan dolar AS yang masif menjadi salah satu pemicu utama pelemahan rupiah. Indeks dolar AS (DXY), yang mencerminkan kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, mencatat lonjakan hingga 0,70% pada 17 Juni lalu, menyentuh level psikologis di atas 98.

Meskipun sempat terkoreksi tipis 0,07% pada perdagangan terakhir, posisi dolar AS masih sangat kuat di mata investor global.

Menurut Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri, konflik bersenjata antara Israel dan Iran menjadi pemicu utama peralihan investor global ke aset-aset aman seperti dolar AS dan emas. “Dolar AS kembali diburu sebagai safe haven, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda,” ungkap Andry.

Baca Juga: Dirjen Pajak Gandeng Satgassus Polri, Targetkan Optimalisasi Penerimaan Negara

Geopolitik Jadi Biang Volatilitas

Senior Ekonom BCA, Barra Kukuh Mamia, menyebutkan bahwa volatilitas rupiah saat ini lebih didominasi oleh faktor eksternal. Ketidakpastian seputar arah kebijakan suku bunga The Fed dan meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah membuat investor bersikap sangat hati-hati.

“Tailwind bagi rupiah hanya bersifat sementara. Ketika kondisi global memanas dan suku bunga The Fed belum turun, akan sulit bagi rupiah untuk menguat signifikan,” jelas Barra.

The Fed sendiri dalam pertemuan terakhirnya kembali menahan suku bunga acuannya, menegaskan komitmen mereka untuk tetap fokus pada stabilitas inflasi. Langkah ini membuat prospek penurunan suku bunga di Indonesia juga semakin buram dalam waktu dekat.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, menambahkan bahwa pelemahan rupiah juga berkaitan dengan aksi profit taking di pasar modal. IHSG pada Kamis (19/6) terjerembab hingga nyaris 2%, menembus kembali ke bawah level 7.000 akibat aksi jual besar-besaran investor asing yang mencatatkan net sell hingga Rp1,25 triliun.

“Investor global sedang beralih ke mode risk-off, artinya mereka menghindari risiko dan keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” tutur Hosianna. Ia menilai ini sebagai efek berantai dari kondisi geopolitik dan kebijakan moneter global yang serba tidak pasti.

Baca Juga: Comeback Epik, AVC Puji Kemenangan Dramatis Timnas Voli Indonesia atas Thailand

Level Teknis Rupiah: Ancaman Rp16.510, Harapan di Rp16.210

Secara teknikal, rupiah kini menghadapi tantangan berat di level resistance Rp16.510/US$, sebuah level yang berpotensi menjadi penghalang untuk penguatan lebih lanjut. Level ini merupakan gap up yang belum tertutup sejak beberapa waktu terakhir.

Adapun untuk support terdekat berada di level Rp16.210/US$, yang bertepatan dengan MA200 daily dan juga posisi low candle pada 23 Mei 2025.

Analis pasar memandang bahwa jika level support ini kembali diuji dan tembus, maka pelemahan rupiah dapat berlanjut dan berisiko mendekati Rp16.600/US$ dalam waktu dekat, terutama jika sentimen global tidak kunjung membaik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X