Baca Juga: Harga BBM Turun Juni 2025, Pertamax hingga Revvo 95 Kini Lebih Murah!
Dampak Nyata: Harga Impor dan Inflasi Berpotensi Naik
Pelemahan rupiah bukan hanya menjadi tantangan bagi investor dan pengusaha ekspor-impor, tetapi juga berdampak langsung terhadap masyarakat. Harga barang impor berpotensi naik, mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggi.
Sektor seperti otomotif, farmasi, dan elektronik menjadi yang paling terdampak karena bergantung pada bahan baku impor. Tak hanya itu, tekanan terhadap biaya logistik dan distribusi juga berisiko meningkat, memperberat beban perusahaan dan konsumen.
BI Siaga, Pasar Tunggu Arah Kebijakan
Di tengah tekanan global dan pelemahan mata uang, pelaku pasar kini menanti langkah Bank Indonesia (BI) dalam merespons perkembangan ini. Opsi suku bunga kemungkinan akan dipertahankan lebih lama, guna menjaga stabilitas nilai tukar dan mengontrol arus modal keluar.
Namun, kebijakan ini juga menahan laju pemulihan ekonomi domestik yang mulai menggeliat setelah pandemi.
Baca Juga: Gelorakan Semangat Kaum Muda, PPP Kabupaten Bogor Cetak Ratusan Kader Militan
Risiko Masih Tinggi, Investor Diminta Waspada
Volatilitas rupiah yang tinggi di tengah konflik geopolitik global menjadi pengingat bahwa risiko eksternal masih mendominasi pergerakan pasar keuangan Indonesia. Dalam jangka pendek, tekanan terhadap rupiah belum menunjukkan tanda-tanda mereda, seiring ketidakpastian dari Timur Tengah dan ketegangan geopolitik yang terus membara.
Bagi investor, saatnya lebih selektif dalam memilih instrumen investasi. Sementara itu, pemerintah dan otoritas moneter diharapkan sigap menjaga stabilitas makro demi melindungi ekonomi nasional dari gejolak eksternal yang makin kompleks.
Artikel Terkait
Berpulang di Usia Muda, Kasus Gustiwiw Ingatkan Bahaya Hipertensi Dini
45 Purnawirawan Duduki Kursi Komisaris BUMN, Profesionalisme atau Politik Balas Budi?