Catatanfakta.com -, Jakarta — Pemerintah China secara agresif memperketat pengawasan ekspor dan menindak keras aktivitas penambangan ilegal mineral strategis. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Beijing mempertahankan dominasi global di sektor mineral langka (rare earth) di tengah meningkatnya ketegangan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Sejak April 2025, China mewajibkan izin khusus ekspor untuk tujuh jenis mineral strategis, termasuk gallium dan germanium, yang krusial bagi industri elektronik, kendaraan listrik, dan pertahanan militer.
"Kami akan mengawasi ketat seluruh rantai pasokan, dari penambangan hingga ekspor," tegas Kementerian Perdagangan China, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (5/6).
Baca Juga: Dari Dikejar dengan Hadiah Jutaan Dolar ke Peracik Kopi, Perjalanan Umar Patek Eks Gembong Teroris
Operasi Gabungan dan Pengawasan Ketat
Wilayah kaya mineral seperti Guangxi, Guizhou, dan Hunan kini menjadi target operasi gabungan nasional. Pemerintah daerah diperintahkan untuk:
-
Menutup seluruh tambang ilegal
-
Mendeteksi dan memverifikasi semua eksportir mineral
-
Memperkuat pengawasan antarprovinsi dan lintas wilayah
Di kota Wuzhou dan Yunfu, bahkan telah dibentuk sistem patroli gabungan untuk mengejar pelaku penambangan ilegal yang kerap menghindari regulasi negara.
Langkah ini menjadi respons atas sanksi teknologi dari AS, yang melarang ekspor berbagai perangkat canggih, termasuk mesin jet dan alat desain chip, ke China. Ketegangan semakin memuncak setelah pertemuan bilateral di Jenewa pada 10–11 Mei lalu gagal mencairkan hubungan.
Baca Juga: Visa Furoda Dibatalkan, BP Haji Siap Tertibkan Travel Nakal
Dampak Global: Industri Teknologi Terpukul
China saat ini menguasai sekitar 92% pasokan global elemen tanah jarang. Akibat kebijakan ini, ekspor magnet tanah jarang ke AS anjlok tajam sebesar 58,5% menjadi hanya 246 ton pada April 2025, menurut data bea cukai China.
Negara-negara lain seperti Jepang, India, dan Uni Eropa juga dilaporkan aktif melobi Beijing untuk melonggarkan kebijakan ekspor.
Namun demikian, perusahaan-perusahaan besar seperti Tesla, Apple, dan Lockheed Martin disebut menjadi pihak yang paling terdampak akibat potensi kekurangan bahan baku utama untuk produksi teknologi tinggi.
Baca Juga: Forum Purnawirawan TNI Desak Pemakzulan Wakil Presiden Gibran, Surat Resmi Telah Diterima DPR dan MPR
Kolusi dan Penyelundupan
China juga menemukan indikasi kolusi antara perusahaan domestik dan entitas asing dalam upaya menyelundupkan mineral langka melalui negara ketiga guna menghindari kontrol ekspor.
Sebagai tanggapan, pemeriksaan bea cukai diperketat, termasuk investigasi terhadap jaringan ilegal lintas batas.
Artikel Terkait
Serbuan Layar Netflix: Minggu Ini Ada Apa Saja?
Mengintip Dapur Film Indonesia Terpopuler Bulan Ini