Beberapa analis menilai, langkah ini bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga cara perusahaan merespons otomatisasi, digitalisasi, dan transformasi model bisnis yang menuntut perubahan struktur kerja secara menyeluruh.
Langkah seperti yang dilakukan Disney dan Microsoft bisa menjadi preseden bagi perusahaan besar lain di sektor teknologi, media, dan hiburan untuk merampingkan operasional, mengejar profitabilitas jangka panjang, dan beradaptasi dengan revolusi AI yang kini menjadi kekuatan disruptif utama.
Baca Juga: KPK Geledah Agen dan Rumah PNS Kemnaker, Ungkap Dugaan Korupsi Pengurusan Tenaga Kerja Asing
Gelombang PHK Mengancam Dunia Kerja
Badai PHK ini turut mengkhawatirkan banyak pihak, karena terjadi di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan meningkatnya kebutuhan akan lapangan kerja. Meskipun alasan restrukturisasi atau adopsi AI dinilai sah secara bisnis, dampaknya terhadap kesejahteraan pekerja dan stabilitas sosial menjadi perhatian serius.
Saat ini, banyak pengamat menyerukan perlunya regulasi yang lebih adaptif untuk melindungi pekerja dari disrupsi teknologi, sekaligus mendorong reskilling dan pelatihan ulang bagi tenaga kerja yang terdampak.
Artikel Terkait
Janji yang Tertunda, Mengapa Prabowo Batal Beri Diskon Listrik 50 Persen?
Diskon Listrik Batal, ESDM Tak Dilibatkan: Ada Apa dengan Koordinasi Pemerintah?