Catatanfakta.com -, Jakarta – Cap apatis dan cuek kadang masih dilekatkan ke anak muda zaman sekarang, apalagi yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Tapi kenyataannya? Jauh dari itu.
Dari lorong-lorong komunitas kreatif sampai sudut taman kota, anak muda Jakarta hari ini justru sibuk bikin perubahan—tanpa banyak gembar-gembor. Mereka peduli, terlibat, dan bergerak. Bukan demi viral, tapi karena sadar: masa depan kota ini juga ada di tangan mereka.
Bersih-Bersih Kota: Dari Aksi Kecil ke Dampak Besar
Sebut saja komunitas Clean Up Jakarta Day, yang rutin menggelar aksi bersih-bersih sampah plastik di taman dan ruang publik. Anggotanya? Mayoritas anak muda usia 18–25 tahun.
“Kita gak bisa nunggu semua dari pemerintah. Mulai dari diri sendiri, lalu ajak teman. Itu yang kami lakukan,” kata Nanda (21), mahasiswa yang aktif sejak 2022.
Kegiatan ini bukan sekadar pungut sampah. Mereka juga mengedukasi warga tentang pemilahan sampah, penggunaan ulang barang, dan pentingnya gaya hidup minim limbah.
Baca Juga: Sri Mulyani, Dunia Masuki Era Perang Ekonomi dan Fragmentasi Global, RI Harus Siaga
Digital Activism: Suara Gen Z Tak Lagi Diam
Lewat Instagram, TikTok, hingga Twitter, gerakan sosial makin bergema. Kampanye digital seperti #JakartaTanpaCatcalling, #BijakPakaiPlastik, atau #AksesUntukSemua berhasil menarik ribuan partisipasi—semuanya digerakkan oleh kelompok muda yang lelah dengan ketidakadilan, tapi memilih untuk bertindak.
“Sosial media itu senjata. Kalau dipakai dengan cerdas, bisa bikin isu penting jadi viral dan akhirnya didengar,” ujar Alif (22), penggagas kampanye anti-pelecehan di transportasi umum.
Baca Juga: Jakarta Gak Ramah Dompet? Ini Realita Biaya Hidup Anak Muda Ibu Kota
Komunitas Peduli: Dari Literasi Sampai Urban Farming
Gerakan seperti Literasi Jalanan Jakarta rutin mengadakan baca buku bareng anak-anak di pinggir rel dan kolong jembatan. Mereka adalah mahasiswa dan pekerja muda yang rela menyisihkan waktu di akhir pekan demi satu hal: berbagi pengetahuan.
Ada juga GrowJakarta, komunitas urban farming yang mengajarkan cara bercocok tanam di lahan sempit kepada warga kota. Tujuannya sederhana: lebih mandiri pangan, lebih peduli lingkungan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa anak muda juga bisa jadi agen ketahanan pangan, meski tinggal di tengah beton,” kata Meisa (24), relawan GrowJakarta.
Dari Aksi ke Kolaborasi
Yang menarik, anak muda Jakarta tidak hanya bergerak secara individu. Mereka berjejaring, berkolaborasi, bahkan menggandeng komunitas internasional. Banyak dari mereka sudah terbiasa mengorganisir event, membuat petisi, hingga berdiskusi langsung dengan pihak pemkot.
Artikel Terkait
Kolaborasi Kota dan Kabupaten Bogor, Dedie Rachim dan Rudy Susmanto Sepakat Kelola Sampah Jadi Listrik dan Pupuk
Presiden Prabowo Sebut Aparat Penegak Korupsi Dapat Ancaman, KPK Pastikan Perlindungan Pegawai