Catatan fakta.com -, Jakarta — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan peringatan serius terkait kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu. Dalam rapat paripurna DPR RI ke-18, Selasa (20/5/2025), Sri Mulyani menegaskan bahwa dunia kini terus dibayangi oleh perang ekonomi, perdagangan, keuangan, hingga militer antarnegara.
“Dunia akan terus dibayangi ketidakpastian akibat persaingan dan perang ekonomi, perang dagang, perang keuangan, dan bahkan perang militer antarnegara,” kata Sri Mulyani di hadapan para anggota dewan.
Ekonomi Global Mulai Kontraksi
Ia menjelaskan bahwa berbagai negara telah mulai mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada awal tahun ini. Negara seperti Korea Selatan mencatat pertumbuhan negatif 0,1% secara tahunan (YoY)—yang pertama sejak pandemi COVID-19. Negara lain seperti Malaysia dan Singapura juga mencatatkan pelambatan signifikan.
“Singapura sebagai hub perdagangan dan investasi global turun dari 5% ke 3,8% YoY,” ungkap Sri Mulyani.
Dunia Tak Lagi Sama: Globalisasi Berubah Jadi Fragmentasi
Sri Mulyani menyoroti bahwa globalisasi kini tergantikan oleh fragmentasi dan proteksionisme. Kesepakatan dagang antarnegara yang dahulu dibangun melalui kerja sama multilateral kini mulai ditinggalkan.
“Prinsip ‘my country first’ dan orientasi inward-looking telah mengancam serta menghancurkan kerja sama bilateral dan multilateral yang jadi fondasi ekonomi global sejak Perang Dunia II,” jelasnya.
Baca Juga: Geng Mewah Kopdar, Komunitas Mercedes-AMG Pamer Gaya di Jantung Jakarta
Sistem Ekonomi Dunia dalam Tekanan
Akibat fragmentasi ini, rantai pasok global terganggu, kegiatan ekspor-impor melemah, arus modal keluar meningkat, nilai tukar bergejolak, inflasi naik, dan suku bunga global tetap tinggi. Situasi ini menurutnya sangat berbahaya bagi stabilitas ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kebijakan Trump: Sejarah Berulang
Sri Mulyani bahkan menyinggung kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump terhadap 145 negara, yang diumumkan 2 April 2025. Ia menyamakan langkah itu dengan praktik Merkantilisme 125 tahun lalu, ketika proteksionisme ekstrem mendominasi dunia.
“Jarum sejarah dunia seakan berputar balik satu abad. WTO yang seharusnya jadi forum negosiasi kini secara de facto lumpuh,” ujarnya.
Baca Juga: Sekolah Rakyat Gagasan Prabowo Tuai Pro-Kontra, Solusi atau Stigma Baru
Peringatan untuk Indonesia
Mengakhiri paparannya, Sri Mulyani menekankan bahwa Indonesia harus tetap waspada dan fleksibel dalam menghadapi tekanan global ini. Ketidakpastian yang ekstrem menuntut respons kebijakan ekonomi yang lebih hati-hati dan adaptif.
“Kita harus menjaga stabilitas di tengah guncangan global agar tetap bisa tumbuh inklusif dan berkelanjutan,” tutupnya.
Artikel Terkait
Demo Besar Ojol “Aksi 205” Guncang Jakarta, Ribuan Massa Bergerak ke Patung Kuda
TPA Galuga dan Bogor Run Jadi Sorotan, Bupati dan Wali Kota Bogor Sepakat Tingkatkan Kolaborasi