Membangun Pengungsian Aman: Solusi untuk Perlindungan Perempuan dan Penyandang Disabilitas

photo author
- Selasa, 31 Desember 2024 | 19:29 WIB
Area pengunsian pun dijadikan temapt bermain - Foto: Henry Lukmanul Hakim
Area pengunsian pun dijadikan temapt bermain - Foto: Henry Lukmanul Hakim

catatanfakta.com - Ketika bencana melanda, sering kali perhatian publik terfokus pada kelompok yang paling rentan, seperti anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.

Namun, meskipun berbagai kebijakan telah dirancang untuk mitigasi bencana, kenyataannya kebutuhan khusus dari kelompok ini sering kali terabaikan.

Hal ini diungkapkan oleh Adipatra Wicaksana, seorang aktivis yang peduli terhadap isu ini, yang menyatakan, "Kita harus menyadari bahwa perempuan dan penyandang disabilitas sering kali menjadi korban dalam situasi bencana, bukan hanya karena bencana itu sendiri, tetapi juga karena kurangnya perhatian terhadap kebutuhan mereka."

Baca Juga: Pendidikan Pengungsi Bukan Hanya untuk Pengungsi

Indonesia, sebagai negara yang rawan bencana, memiliki Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Namun, laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa banyak fasilitas di lokasi pengungsian tidak dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus.

Misalnya, banyak kamar mandi dan toilet yang tidak terpisah berdasarkan gender, serta akses yang tidak ramah bagi penyandang disabilitas. Hal ini menciptakan situasi yang berbahaya dan tidak nyaman bagi mereka yang sudah dalam keadaan rentan.

Namun, di tengah tantangan ini, ada harapan. Beberapa daerah mulai menerapkan program yang lebih inklusif, seperti penyediaan fasilitas sanitasi yang aman dan pelatihan relawan untuk memahami kebutuhan kelompok rentan.

Baca Juga: Gaza Butuh 15 Tahun untuk Bersihkan Puing-Puing Akibat Perang Israel, Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA)

"Dengan memperkuat kebijakan yang ada, kita bisa menciptakan pengungsian yang aman dan nyaman untuk semua," tambah Wicaksana. Inisiatif ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.

Kesadaran masyarakat juga semakin meningkat. Simulasi evakuasi yang melibatkan penyandang disabilitas menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan terhadap kebutuhan mereka.

Namun, tantangan tetap ada, terutama bagi perempuan yang harus mengurus anak-anak di tengah keterbatasan fasilitas. "Kita perlu memastikan bahwa perempuan dan penyandang disabilitas dilibatkan dalam setiap langkah penanganan bencana," tegas Wicaksana.

Baca Juga: Ustadz Derry Sulaiman Memohon Maaf: Kontroversi Kebijakan Tanggapi Pengungsi Rohingya

Untuk menciptakan pengungsian yang lebih aman, diperlukan desain yang ramah bagi semua, termasuk fasilitas sanitasi yang terpisah berdasarkan gender dan akses yang lebih baik untuk penyandang disabilitas.

"Relawan dan petugas tanggap bencana harus dilatih untuk memahami perlindungan kelompok rentan, termasuk cara menangani laporan kekerasan seksual dengan sensitif," ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Achmad Mubin

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X