catatanfakta.com - Dalam dunia yang semakin modern, nilai-nilai tradisional sering kali terpinggirkan. Namun, kisah inspiratif dari Kyai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama, menunjukkan bahwa kesederhanaan dan kerja keras tetap relevan.
Belum lama ini, publik dihebohkan oleh video Utusan Khusus Presiden, Gus Miftah, yang mengolok-olok seorang penjual es teh di acara Magelang Bersholawat.
Ucapan Gus Miftah yang dianggap kasar ini memicu reaksi negatif dari warganet, yang merasa bahwa sikapnya tidak mencerminkan teladan ulama yang seharusnya mengedepankan kelembutan dan empati.
Baca Juga: Gus Yahya soal Yenny Wahid Dukung Ganjar: Tak Boleh Bawa-bawa NU
Dalam video tersebut, Gus Miftah dengan nada mengejek berkata, "Es tehmu ijek okeh ora? Masih? Yo kono didol, goblok."
Ucapan ini langsung mendapat sorotan tajam, terutama mengingat posisi Gus Miftah sebagai tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan. Banyak yang membandingkan sikapnya dengan Kyai Hasyim Asy'ari, yang dikenal dengan dedikasinya dalam berdagang demi memenuhi kebutuhan pesantren.
Kyai Hasyim Asy'ari tidak hanya seorang ulama, tetapi juga seorang pengusaha yang gigih. Menurut M. Abror Rosyidin, dalam Seri Kiprah KH Hasyim Asy'ari, beliau menjual hasil pertanian dan besi tua untuk mendukung pesantren di Tebuireng.
Baca Juga: Silaturahmi Ulama-Umaro: Pondasi Harmoni dalam Pengajian Bulanan MUI Cibinong
"Kalaulah hari Selasa merupakan hari pertanian, bagi Kiai Hasyim hari Jumat adalah hari berdagang," ungkapnya. Ini menunjukkan bahwa Kyai Hasyim tidak segan untuk terjun langsung ke lapangan demi kesejahteraan santrinya.
Lebih jauh, Gus Sholah, cucu Kyai Hasyim, menambahkan bahwa kakeknya bahkan pergi ke Surabaya untuk berjualan kuda dan besi tua. "Setelah dagangannya laku, Kiai Hasyim akan membeli buku untuk fasilitas pesantren," jelasnya.
Ini adalah contoh nyata bagaimana Kyai Hasyim memprioritaskan pendidikan dan pengembangan santri.
Kyai Hasyim juga memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk berdagang di area pesantren dengan aturan yang ketat. Gus Zaki Hadziq, cucu Kyai Hasyim, menjelaskan bahwa setiap pedagang harus menjual barang yang berbeda agar tidak terjadi monopoli.
"Sungguh ketaatan para pedagang kepada aturan pondok luar biasa," tegasnya. Ini menunjukkan bahwa Kyai Hasyim tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi, tetapi juga kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
Artikel Terkait
MUI Ciawi dan PDU Angkatan Kedua: Mencari dan Membentuk Penerus Ulama Berkualitas
Semua Pasangan Capres-Cawapres di Pilpres 2024 Adalah Kader NU Menurut Gus Yahya
Prabowo dan Ndaru Memukau: Gelombang Energi Positif dari Ribuan Santri dan Ulama Menghiasi Kampanye Pemilu, Suasana Damai Mewarnai Serang Banten!!
Mengenal Lebih Dekat Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf: Sosok Ulama dan Tokoh Islam yang Menginspirasi
Alumni Pendidikan Kader Ulama Berkumpul: Acara Silaturahmi dan Buka Puasa PKU XVI Penuh Berkah dan Kebersamaan