Konflik bukan hanya tentang kekuasaan atau ekonomi, tetapi juga tentang representasi sosial dan identitas.
Baca Juga: Budaya: Dinamis dan Adaptif, Kunci Kelangsungan Makna Masyarakat
Teori konflik simbolik menyoroti bagaimana konflik terkait dengan perbedaan simbolik seperti bahasa, budaya, dan agama.
Sebagai contoh, konflik antara kelompok etnis atau agama sering kali dipicu oleh perbedaan makna dan interpretasi simbol-simbol tertentu.
**Konflik Struktural Fungsionalisme**
Perspektif fungsionalis menganggap bahwa konflik adalah bagian alami dari masyarakat dan memiliki fungsi tertentu.
Konflik dianggap sebagai alat untuk memperbaiki masalah atau ketidakseimbangan dalam sistem sosial.
Baca Juga: Katar Leuwimekar PDAM Tirta Kahuripan Saling Berbagi Air dalam Kekeringan
Tidak semua konflik merugikan; dalam beberapa kasus, konflik dapat membawa inovasi, perbaikan, dan adaptasi dalam masyarakat.
Misalnya, protes sosial terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil dapat mendorong perubahan positif dalam kebijakan tersebut.
**Konflik dalam Era Digital**
Perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah cara konflik terjadi dan berkembang dalam masyarakat.
Konflik dapat dengan cepat meluas dan mendapatkan perhatian global melalui platform online.
Baca Juga: Fitri Taqiyah Hanifah Siap Meraih Medali Emas untuk Jawa Barat di Popnas 2023
Dalam era digital, konflik sering kali melibatkan dimensi yang lebih kompleks, termasuk perang informasi, manipulasi media, dan mobilitas massa yang lebih cepat.
Artikel Terkait
"Dinamika 'Selfie' sebagai Refleksi Transformasi Sosial di Era Digital"
Masyarakat Dalam Game Online: Lebih dari Sekadar Hiburan
Muhammad Luthfi Pamungkas: Perjalanan Hebat dari Atlet Hingga Pelatih Unggulan Taekwondo Kabupaten Bogor