Catatanfakta.com -- Salah satu peristiwa astronomi spektakuler, Hujan Meteor Leonid, diperkirakan akan segera mencapai puncaknya. Menurut American Meteor Society, waktu terbaik untuk menyaksikan hujan meteor Leonid adalah saat bulan berada pada fase 23%, yang akan membuat langit menjadi lebih gelap. Nama pancuran ini diambil dari konstelasi Leo. Selama periode ini, sebanyak 15 bintang jatuh per jam mungkin terlihat di langit malam.
Hujan meteor Leonid aktif sejak 3 November dan akan berlanjut hingga 2 Desember. Partikel pancuran tersebut berasal dari komet kecil, 55P/Tempel-Tuttle, yang mengorbit matahari setiap 33 tahun sekali.
Kunjungan terakhir komet tersebut terjadi pada tahun 1998, dan diperkirakan akan terjadi lagi pada tahun 2031.
Baca Juga: Memahami Konsep 'Noun Phrase' dalam Bahasa
Meteor dalam hujan Leonid diketahui memiliki kecepatan 71 km per detik, menjadikannya meteor tercepat yang bisa dilihat. Terlalu cepat untuk dilihat melalui teleskop. Namun, penggunaan teropong dapat meningkatkan pandangan pengamat.
Meskipun bintang jatuh dapat muncul di mana saja di langit, disarankan untuk memperhatikan arah konstelasi Leo, asal usulnya. Di Indonesia, waktu puncak hujan meteor terjadi antara Jumat, 17 November, hingga Sabtu, 18 November, antara pukul 00.21 WIB hingga 05.00 WIB.
Meskipun frekuensi kemunculan meteor relatif rendah, Leonid dianggap sebagai hujan meteor yang signifikan karena sesekali muncul "bola api", meteor yang sangat terang, dan "penggembala bumi", meteor yang melesat secara vertikal melintasi cakrawala.
Baca Juga: Pohon Tumbang Timpa 5 Rumah di Pameungpeuk Kabupaten Bandung
Singkatnya, hujan meteor Leonid adalah penampakan alam unik yang terjadi setiap tahun sekali, dan layak untuk dilihat sepanjang malam. Untuk mengamatinya, disarankan untuk mencari tempat yang jauh dari polusi cahaya, mencari arah konstelasi Leo dan mengawasi langit di antara jam-jam yang ditentukan.