Pendekatan baru ini mendapatkan dukungan luas karena memberikan ruang lebih besar bagi mahasiswa dan perguruan tinggi untuk berinovasi.
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Manokwari Selatan Demo Tuntut Beasiswa yang Tertunda
Ini juga sesuai dengan semangat program Kampus Merdeka yang dicanangkan sebelumnya, yang mendorong adaptabilitas dan kebebasan belajar.
Nadiem mencontohkan bahwa prodi vokasi mungkin lebih cocok menilai mahasiswanya melalui proyek atau karya nyata, bukan hanya melalui skripsi.
Seiring dengan perubahan ini, Nadiem juga menegaskan bahwa kompetensi mahasiswa tidak lagi dijabarkan secara rinci dan terpisah, tetapi lebih diintegrasikan dalam penilaian.
Baca Juga: SDIT Irsyadul Ibad Akan Tampil Di KSM ( Kompetensi Sains dan Matematika )
Hal ini memungkinkan perguruan tinggi untuk merumuskan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara lebih holistik sesuai dengan kebutuhan dunia nyata.
Dampak positif dari perubahan ini sangatlah signifikan. Selain memberikan mahasiswa kemerdekaan dalam mengeksplorasi bentuk tugas akhir yang sesuai dengan minat dan kompetensi mereka, perubahan ini juga membuka pintu lebar bagi perguruan tinggi untuk berinovasi dalam penyampaian pendidikan.
Selain itu, perguruan tinggi juga lebih di dorong untuk menjalankan program Kampus Merdeka dan mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif.
Baca Juga: Menjadi Fasilitator Kebaikan di Festival Kampus Merdeka
Perubahan ini, tentu saja, akan terus mengalami evaluasi dan penyesuaian seiring berjalannya waktu.
Namun, langkah ini menunjukkan tekad pemerintah untuk terus bergerak maju dalam memajukan sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan merangkul perubahan dan inovasi, masa depan pendidikan tinggi di negeri ini tampak semakin cerah.