catatanfakta.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bergerak cepat merespons banjir dan longsor besar yang melanda Aceh dan Sumatra Utara dengan membentuk Gugus Tugas Penanggulangan Bencana yang dipimpin langsung oleh peneliti BRIN, Joko Widodo. Ia menegaskan bahwa seluruh kekuatan ilmiah dan teknologi BRIN dikerahkan untuk percepatan pemulihan di daerah terdampak. “BRIN hadir dengan pendekatan ilmiah. Kami memastikan seluruh kemampuan riset, teknologi, dan SDM dapat digunakan secara optimal untuk membantu masyarakat,” ujarnya.
Gugus tugas ini langsung mengaktifkan unit reaksi cepat mulai dari pemetaan satelit, penyediaan air bersih, air siap minum, hingga mobilisasi tenaga kesehatan dan dukungan psikososial. Tim satelit BRIN sejak hari pertama memetakan banjir menggunakan radar Sentinel-1 yang mampu menembus awan dan hujan. Peta banjir wilayah Aceh dan Sumatra Utara telah diserahkan ke pemerintah daerah, BNPB, dan komunitas geospasial. “Data ini penting untuk mengetahui sebaran genangan terkini dan menentukan prioritas penanganan,” kata Joko.
Sementara itu, BNPB mencatat jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat telah mencapai 442 orang. Kepala BNPB Suharyanto menegaskan percepatan penanganan warga terdampak menjadi prioritas utama pemerintah. “Total korban meninggal dunia 442 orang, sementara korban hilang di tiga provinsi mencapai 402 jiwa,” ujarnya.
Di sisi lain, Universitas Andalas (UNAND) meneliti pergerakan siklon tropis tak lazim yang memicu bencana hidrometeorologi di Sumatra Barat. Ketua LPPM UNAND, Marzuki, menjelaskan bahwa siklon seharusnya hampir mustahil terjadi di wilayah khatulistiwa. “Fenomena ini berbeda karena siklon muncul di Selat Malaka, padahal siklon tropis biasanya terbentuk di lautan luas seperti samudera,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa kerusakan besar yang terjadi bukan hanya dipicu cuaca ekstrem, tetapi juga lingkungan yang sudah terganggu. “Curah hujan tinggi memicu banjir, tetapi kerusakan sungai dan jembatan tidak murni faktor iklim. Ada faktor lingkungan yang terganggu,” ujarnya.
Marzuki menjelaskan bahwa sungai memiliki jalur alami dan ketika rusak akibat aktivitas manusia, dampaknya menjadi jauh lebih parah. “Alam selalu mencari jalannya. Apa pun yang kita lakukan terhadap alam akan mempengaruhi bagaimana ia mengalir,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Joko Widodo, pemimpin gugus tugas BRIN, dikenal memiliki latar belakang kuat di bidang geografi, lingkungan, dan pemrosesan data satelit. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di UGM, magister di UI, dan meraih gelar PhD dari Chiba University Jepang.
Baca Juga: DPRD Dorong Pembangunan 1.600 Huntap untuk Korban Bencana di Kabupaten Bogor
Keahliannya meliputi synthetic aperture radar dan environmental impact assessment, dua bidang yang kini sangat dibutuhkan dalam penanganan bencana Sumatra. Melalui gugus tugas yang dipimpinnya, BRIN menegaskan siap memberikan dukungan ilmiah bagi pemerintah dalam percepatan mitigasi dan pemulihan di wilayah yang terdampak.