Merah Putih: One For All Dihujat Warganet: Animasi Murahan, Biaya Produksi Miliaran Rupiah Dipertanyakan

photo author
- Senin, 11 Agustus 2025 | 16:29 WIB
Tampilan salah satu karakter film Merah Putih: One For All yang diduga dibeli dari situs layanan animasi
Tampilan salah satu karakter film Merah Putih: One For All yang diduga dibeli dari situs layanan animasi

 

Catatanfakta.com -, Film animasi Merah Putih: One For All yang digarap untuk menyambut HUT ke-80 RI menjadi bahan perbincangan panas di media sosial.

Trailer film bertema kebangsaan ini justru menuai kritik karena kualitas grafis yang dinilai seadanya, padahal akan tayang di layar bioskop pada 14 Agustus 2025.

Di linimasa X (Twitter), warganet menyindir animasi film ini yang dianggap seperti proyek belum rampung tetapi dipaksakan rilis. Perbandingan pun muncul dengan film Jumbo yang sukses besar dan dipuji kualitasnya.

Baca Juga: Heboh! Biaya Produksi Film Animasi ‘Merah Putih: One For All’ Diklaim Rp6,7 Miliar, Kreatornya: Angka dari Langit

"Selesai nggak selesai dikumpulkan," tulis seorang pengguna X, menyindir kualitas animasi tersebut.


Dugaan Pakai Aset Animasi Murah

Sorotan semakin tajam setelah YouTuber Yono Jambul mengungkap bahwa beberapa adegan menggunakan aset stok yang dibeli dari toko digital Daz3D, termasuk Street of Mumbai.

Harga aset karakter dan latar ini disebut tidak lebih dari belasan dolar AS per item. Netizen pun mempertanyakan klaim biaya produksi sebesar Rp6,7 miliar yang diungkap produser Toto Soegriwo, apalagi pengerjaan disebut hanya memakan waktu kurang dari satu bulan.

Sebagai perbandingan, satu episode anime ternama seperti One Piece atau Demon Slayer menelan biaya sekitar Rp1,8 miliar dengan kualitas jauh di atas film ini.

Baca Juga: Film Animasi Merah Putih: One for All Dikritik Keras Netizen, Mampukah Bangkitkan Semangat Kebangsaan?


Karakter Diduga Beli dari Luar Negeri

Investigasi warganet menemukan kemiripan karakter dengan aset di Reallusion Content Store yang dibuat oleh desainer luar negeri, seperti Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis.

Harga per karakter di platform tersebut berkisar USD 43,50 atau sekitar Rp700 ribu. Fakta ini membuat netizen geram karena film yang mengusung tema nasionalis justru mengandalkan aset impor murah.

Desainer Junaid Miran bahkan ikut diserbu komentar oleh netizen Indonesia, meski ia menegaskan tidak menerima pembayaran langsung dari pihak pembuat film. Hingga kini, pihak Perfiki Kreasindo belum memberikan klarifikasi resmi terkait tudingan ini.

Baca Juga: Di Balik 5 Bulan Kepemimpinan Bupati Sudewo: Proyek Miliar, Pajak Naik, dan Honorer Tersingkir


Respons Produser

Alih-alih memberikan penjelasan teknis, produser Toto Soegriwo justru menanggapi dengan nada sindiran melalui Instagram:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dhea Rahma Sari

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X