“Remaja membutuhkan validasi. Jika tidak mendapatkannya dari rumah atau sekolah, mereka akan mencarinya di tempat lain—sayangnya, tidak selalu di tempat yang sehat,” ujar Dr. Rita dalam pernyataannya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan dialogis antara guru, orang tua, dan remaja agar pembinaan tidak hanya bersifat represif, tetapi menyentuh akar emosional dan psikologis mereka.
Baca Juga: Bidi Soediro Bongkar Perselingkuhan, Ngaku Jadi Korban KDRT 'Saya Diseret, Dicekik, Dilempar'
Bukan Sekadar Pembinaan, Tapi Transformasi Sosial
Kasus ini menjadi pengingat bahwa sekolah dan rumah harus bersinergi lebih erat dalam mengawasi dan membimbing perilaku remaja. Pemerintah daerah dan dinas pendidikan juga diharapkan tidak hanya mengandalkan hukuman administratif, tetapi mulai menyusun program pendampingan mental dan edukasi bahaya penyalahgunaan alkohol sejak dini.
Sejumlah sekolah di Kota Bogor, termasuk yang terlibat dalam kasus ini, dikabarkan tengah berkoordinasi dengan aparat dan dinas terkait untuk menindaklanjuti sanksi dan proses pembinaan jangka panjang.
Kita berharap, kejadian ini menjadi pelajaran bersama—bahwa membangun karakter pelajar bukan hanya tugas guru di ruang kelas, melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat. Karena masa depan mereka, adalah cermin dari masa depan bangsa.
Artikel Terkait
Park Min Young Comeback Akting Lewat Drama 'Confidence Queen' Tampil Elegan Jadi Penipu Jenius!
Talitha Curtis Ungkap Alami Depresi Berat 'Aku Sampai Nggak Keluar Kamar 2 Minggu'