Ekonomi Australia Melambat Tajam di Kuartal I 2025, Terancam Resesi Per Kapita

photo author
- Rabu, 4 Juni 2025 | 13:30 WIB
Suporter membentangkan bendera Australia di Piala Asia 2023. Timnas Indonesia diprediksi bisa membuat kejuatan di laga 16 besar Piala Asia 2023 vs Australia, Minggu (28/1/2024)
Suporter membentangkan bendera Australia di Piala Asia 2023. Timnas Indonesia diprediksi bisa membuat kejuatan di laga 16 besar Piala Asia 2023 vs Australia, Minggu (28/1/2024)

Catatanfakta.com -, Jakarta — Ekonomi Australia kembali menunjukkan gejala perlambatan serius di awal tahun 2025. Data terbaru dari Trading Economics yang dirilis Rabu (4/6/2025) menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Australia hanya tumbuh sebesar 0,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq), jauh lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya (Q4 2024) yang mencatatkan 0,6%.

Pertumbuhan tersebut juga meleset dari ekspektasi pasar yang memperkirakan ekspansi sebesar 0,4%. Ini menjadi laju pertumbuhan paling lemah dalam tiga kuartal terakhir, meskipun Australia masih membukukan ekspansi ekonomi selama 14 kuartal berturut-turut.

Belanja Publik dan Rumah Tangga Melambat

Salah satu kontributor terbesar terhadap perlambatan ini adalah belanja publik, yang mengalami kontraksi sebesar 2,0%, berbalik dari pertumbuhan 0,8% pada Q4. Ini merupakan kontraksi pertama dalam tiga kuartal terakhir dan dikaitkan dengan penyelesaian serta penundaan proyek-proyek infrastruktur akibat cuaca ekstrem, termasuk siklon tropis Alfred.

Baca Juga: Blake Lively Cabut Klaim Tekanan Emosional terhadap Justin Baldoni, Persidangan Masih Berlanjut

Sementara itu, belanja rumah tangga juga melambat menjadi 0,4% dari sebelumnya 0,7%. Konsumsi domestik tetap terbatas, dengan pertumbuhan yang terkonsentrasi pada kebutuhan dasar seperti makanan, sewa, dan listrik. Artinya, masyarakat cenderung menahan pengeluaran non-esensial, sebagai respons terhadap tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.

Belanja pemerintah pun stagnan, mencatat pertumbuhan nol persen setelah sebelumnya meningkat selama sembilan kuartal berturut-turut. Hal ini turut membatasi ruang dorong fiskal terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Perdagangan Luar Negeri Melemah

Kinerja sektor eksternal juga tidak mendukung pertumbuhan. Ekspor Australia turun lebih tajam dibanding impor, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian dalam perdagangan global. Gejolak geopolitik, pelemahan permintaan dari Tiongkok, serta fluktuasi harga komoditas turut memperparah tekanan terhadap neraca perdagangan negara tersebut.

Baca Juga: Vidi Aldiano Digugat Rp24,5 Miliar oleh Pencipta Lagu Nuansa Bening, Rumah Diminta Jadi Jaminan

Kontribusi dari perubahan inventaris hanya menyumbang 0,1 poin persentase (ppt) terhadap PDB, menunjukkan bahwa sektor bisnis belum melihat dorongan signifikan dalam permintaan yang mendorong mereka untuk menambah stok barang.

Peningkatan Rasio Tabungan, Tanda Kewaspadaan Konsumen

Menariknya, rasio tabungan rumah tangga naik menjadi 5,2% dari 3,9% pada Q4 2024. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan kehati-hatian konsumen, yang memilih menabung daripada membelanjakan uang mereka di tengah ketidakpastian ekonomi, inflasi yang masih tinggi, dan suku bunga yang memberatkan.

Pertumbuhan Tahunan Tetap Lemah

Secara tahunan (year-on-year/yoy), PDB Australia tumbuh sebesar 1,3%, sama seperti pada Q4 2024. Angka ini tetap di bawah konsensus pasar sebesar 1,5%, menandakan pertumbuhan ekonomi Australia sedang mengalami stagnasi dalam tren jangka menengah.

Baca Juga: Dolly Parton Tolak Tampil di Acara Meghan Markle, Timnya Tak Ingin Reputasi Tercoreng

Menuju Resesi Per Kapita?

Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa Australia dapat terjatuh ke dalam resesi per kapita—yakni ketika PDB per orang mengalami kontraksi dua kuartal atau lebih secara beruntun, meskipun secara agregat masih tumbuh.

Ben Udy, Kepala Ekonom Oxford Economics Australia, memperingatkan bahwa sejumlah faktor seperti suku bunga tinggi dan penurunan pengeluaran akibat bencana alam berperan dalam membatasi pertumbuhan. Ia mengutip beberapa indikator penting seperti penurunan konsumsi pemerintah, pelemahan penjualan ritel, dan penurunan volume perdagangan sebagai sinyal awal potensi resesi.

"Ekonomi Australia bisa saja kembali masuk ke dalam resesi per kapita, walau kemungkinan berlangsung dalam waktu singkat," ujar Udy kepada NewsWire.

Menurutnya, beberapa tekanan ekonomi saat ini berasal dari faktor-faktor temporer seperti gangguan cuaca ekstrem dan kebijakan suku bunga tinggi, sehingga dampaknya diperkirakan tidak berkepanjangan jika kondisi global dan domestik membaik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X