Catatan fakta.com -, Jakarta — Banjir bandang dahsyat kembali melanda wilayah pesisir timur Australia sejak awal pekan ini, menelan sedikitnya empat korban jiwa dan menyebabkan lebih dari 50 ribu warga terisolasi hingga Jumat (23/5). Negara bagian New South Wales (NSW) menjadi wilayah yang terdampak paling parah dalam bencana hidrometeorologi ini.
Korban pertama yang ditemukan adalah seorang pria lansia berusia 80-an tahun di Taree. Ia ditemukan tewas di dalam rumahnya yang terendam air. Tidak lama kemudian, jenazah pria berusia sekitar 30-an tahun yang sebelumnya dilaporkan hilang, ditemukan mengambang di perairan banjir di kawasan Mid North Coast.
Korban ketiga, seorang wanita berusia 60 tahun, ditemukan tak bernyawa di dalam mobilnya setelah memaksa melintasi jalan yang telah diperingatkan berbahaya akibat genangan banjir. Polisi menyatakan bahwa peringatan telah diberikan sebelumnya agar warga tidak nekat berkendara di tengah derasnya arus.
Baca Juga: Kerja dari Kosan? Ini 7 Skill yang Harus Kamu Kuasai Biar Dilirik Startup atau Freelance Gigs
Sementara itu, korban keempat dikonfirmasi setelah tim penyelamat menemukan jasadnya di reruntuhan rumah yang terbawa arus.
Wilayah Pesisir Porak-Poranda
Laporan dari The Independent mengungkap bahwa banjir menghancurkan infrastruktur, memutus akses ke air bersih, dan menyapu ribuan hewan ternak di wilayah pesisir NSW. Beberapa daerah mengalami kerusakan terparah, terutama di Hunter dan Mid North Coast, yang sejak Kamis (22/5) diguyur hujan deras tanpa jeda.
Badan layanan darurat Australia hingga kini masih menilai skala kerusakan akibat bencana ini. Diperkirakan ada sekitar 10 ribu properti yang mengalami kerusakan fisik, mulai dari rusaknya atap rumah, robohnya bangunan, hingga rusaknya jaringan listrik dan air bersih.
Baca Juga: JK Sindir Trump Harvard Ditutup karena Sentimen ke China, Bukan Kebijakan Bijak
Sekitar 100 sekolah dilaporkan terpaksa ditutup sementara akibat banjir, dan ribuan rumah mengalami pemadaman listrik. Pemerintah setempat telah menyalurkan bantuan darurat dan membuka tempat penampungan sementara bagi warga terdampak.
Perubahan Iklim Picu Cuaca Ekstrem
Australia dalam beberapa tahun terakhir menghadapi cuaca ekstrem yang kian sering terjadi akibat perubahan iklim. Setelah mengalami kekeringan dan kebakaran hutan hebat pada akhir dekade lalu, kini negeri Kangguru itu berkali-kali diterpa banjir besar sejak 2021.
Para ahli memperingatkan bahwa pola cuaca ekstrem ini akan terus berulang jika tidak ada langkah signifikan untuk mengurangi emisi karbon dan memperkuat kesiapsiagaan bencana.
Baca Juga: Street Photography Pakai HP? Ini 7 Tips Biar Hasil Jepretan Kamu Kelihatan Kelas Kamera Profesional!
Meskipun kondisi banjir dilaporkan mulai membaik pada Jumat, banyak wilayah masih dalam status darurat. Sekitar 50 ribu warga dilaporkan terisolasi karena akses jalan dan jembatan terputus. Evakuasi massal masih terus berlangsung, dengan fokus utama pada anak-anak, lansia, dan warga dengan kebutuhan khusus.
Seruan Kemanusiaan dan Solidaritas
Pemerintah Australia telah mengerahkan bantuan logistik melalui helikopter dan kapal penyelamat ke wilayah yang paling terdampak. Perdana Menteri Australia dalam pernyataan resminya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan berjanji akan mempercepat pemulihan serta evaluasi sistem mitigasi bencana.
Artikel Terkait
BMKG: Musim Kemarau 2025 Lebih Basah dan Singkat
Gadget Kencang, Dompet Aman: 5 Smartphone Canggih di Bawah 3 Juta yang Cocok Buat Mahasiswa!