Catatan fakta.com -, Jakarta — Mantan Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK), menyoroti kebijakan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang mahasiswa asing, termasuk dari China, untuk kuliah di Universitas Harvard.
Ia menyebut langkah tersebut sebagai keputusan emosional yang tak mencerminkan kepemimpinan cerdas, melainkan hanya didorong oleh sentimen pribadi terhadap China.
Dalam acara Meet The Leaders yang digelar Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (24/5), JK secara tegas mengkritisi sikap Trump yang dinilai semakin menyendiri dalam kancah politik global.
"Trump melawan dunia. Kenapa bukan Amerika melawan dunia? Karena di Amerika sendiri dia tidak disenangi. Orang berontak, orang konflik, orang demo terus-menerus," ujar JK.
Baca Juga: Street Photography Pakai HP? Ini 7 Tips Biar Hasil Jepretan Kamu Kelihatan Kelas Kamera Profesional!
Ia menilai kebijakan Trump yang memaksa mahasiswa asing pindah dari Harvard atau menghadapi deportasi adalah cerminan kebijakan sepihak yang berisiko memperburuk hubungan internasional, terutama dengan China yang saat ini tengah bersaing kuat dengan AS dalam bidang teknologi dan pendidikan.
"Hari ini kalau Anda baca ini gila orang ini, Harvard pun ditutupnya untuk orang asing. Kenapa? hanya sentimennya ke China," tegas JK.
Kebijakan AS Tuai Kecaman
Langkah Trump yang diumumkan lewat Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, menyebut bahwa Universitas Harvard tidak lagi boleh menerima mahasiswa asing untuk tahun ajaran 2025-2026. Sertifikasi Program Pertukaran Mahasiswa Harvard juga dicabut.
Baca Juga: 5 Novel Fiksi Indonesia yang Penuh Plot Twist dan Layak Jadi Film Netflix!
Noem menuding pihak Harvard “mempromosikan kekerasan, antisemitisme, dan berkoordinasi dengan Partai Komunis China”. Ia menyebut menerima mahasiswa asing adalah "privilege", bukan hak, dan universitas tidak seharusnya mengandalkan dana dari mahasiswa asing untuk memperkaya institusi.
Sebagai informasi, mahasiswa asing menyumbang sekitar 27 persen dari total mahasiswa Harvard, yakni sekitar 6.800 orang. Pada 2022, mahasiswa asal China tercatat sebagai yang terbanyak di Harvard, mencapai 1.016 orang.
Langkah ini pun memicu kegelisahan di kalangan akademisi dan mahasiswa. Harvard menanggapi bahwa keputusan tersebut bersifat diskriminatif dan ilegal, serta bisa memicu pembalasan dari negara-negara lain. Pihak kampus menyatakan akan menggugat kebijakan tersebut melalui jalur hukum.
Baca Juga: Skimming, Phishing, dan Teman-Temannya: Cara Penipu Digital ‘Nongkrong’ di HP Kamu Tanpa Diundang!
JK: Harvard dan MIT Tetap Pusat Ilmu Dunia
JK menambahkan bahwa meski China berkembang pesat, kemajuan negara itu juga tak lepas dari pembelajaran dan studi di kampus-kampus elite AS seperti Harvard dan MIT (Massachusetts Institute of Technology). Karena itu, ia menilai penutupan akses pendidikan bagi mahasiswa asing justru akan merugikan AS sendiri dalam jangka panjang.
"Harvard itu kampus nomor satu dunia, dari segi keilmuan, teknologi, dan sains. Banyak orang China belajar dari situ. Tapi karena emosional, Trump membuat kebijakan yang menghancurkan itu semua," kata JK.
Artikel Terkait
Resmi! Shell Lepas Seluruh Bisnis SPBU di Indonesia, Ini Penggantinya
Legislator Soal Lahan BMKG Dikuasai Ormas, Negara Tak Boleh Kalah