Main Character Energy”: Sindrom Sosial Media atau Bentuk Self-Love yang Salah Kaprah?

photo author
- Minggu, 18 Mei 2025 | 13:00 WIB
Trend  Kim Seon Ho Smile Challenge yang viral di media sosial. (Instagram @hallopuspa_ dan @whenligegivesyoutangeriness)
Trend Kim Seon Ho Smile Challenge yang viral di media sosial. (Instagram @hallopuspa_ dan @whenligegivesyoutangeriness)

 

Catatanfakta.com -, Pernah merasa seperti tokoh utama dalam film kehidupanmu sendiri, lengkap dengan soundtrack galau di jalan pulang? Nah, itu yang disebut dengan Main Character Energy” (MCE) — istilah viral yang merujuk pada sikap atau mindset di mana seseorang memosisikan dirinya sebagai pusat dari segala narasi hidup.

Konsep ini jadi populer di TikTok dan Instagram, di mana orang membagikan momen estetik sehari-hari dengan caption seperti “living my main character moment”. Di satu sisi, ini terlihat empowering. Tapi… apakah semuanya sesederhana itu?

Baca Juga: Sindrom Bintang Film: Kenapa Banyak dari Kita Merasa Punya 'Main Character Energy'?


Kenapa Banyak yang Relate?

  1. Media Sosial sebagai Cermin dan Panggung
    Algoritma media sosial memicu kebutuhan untuk tampil menarik dan dramatis. Kita bukan cuma berbagi cerita, tapi juga “mengatur alur” seperti naskah film—dan tentu kita ingin jadi protagonisnya.

  2. Pelarian dari Realita
    Di tengah tekanan pekerjaan, studi, dan hubungan sosial yang kompleks, banyak orang “kabur” sejenak lewat narasi fiktif dalam kepala mereka—membayangkan hidup seperti film, di mana semua kejadian punya makna.

  3. Self-Love dan Healing Culture
    MCE juga dianggap bagian dari tren self-care. Merayakan diri sendiri dan membangun narasi positif jadi semacam terapi personal.


Antara Empowerment dan Delusi Sosial

Meski MCE bisa jadi bentuk self-love, psikolog memperingatkan soal bahaya jika ini berubah jadi egosentrisme. Ketika seseorang terlalu fokus menjadi “tokoh utama”, ia bisa mulai meremehkan realitas dan peran orang lain dalam hidupnya.

Contohnya:

  • Menganggap semua orang "antagonis"

  • Merasa paling benar dan paling penting

  • Over-sharing demi validasi digital


Pendapat Psikolog: Balik ke Realita

Psikolog klinis, Dr. M. Reza Fadillah, menyebut bahwa MCE bisa menjadi alat refleksi jika digunakan bijak. Tapi jika berlebihan, bisa menyebabkan alienasi sosial dan tekanan emosional karena ekspektasi yang tidak realistis.

Baca Juga: Resmi! Anggoro Eko Cahyo Jadi Direktur Utama BSI, Ini Profil dan Rekam Jejaknya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Catatanfakta.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X