Sindrom Bintang Film: Kenapa Banyak dari Kita Merasa Punya 'Main Character Energy'?

photo author
- Minggu, 18 Mei 2025 | 01:51 WIB
Potret Velocity trend TikTok. Apa artinya?  (TikTok/ @septianarii_)
Potret Velocity trend TikTok. Apa artinya? (TikTok/ @septianarii_)

 

Apa Itu Main Character Energy?

MCE adalah istilah viral dari media sosial—terutama TikTok—yang menggambarkan seseorang yang menjalani hidup seolah-olah mereka adalah tokoh utama dalam sebuah film atau serial drama.

Bisa berupa hal sederhana, seperti mendengarkan lagu sedih sambil naik ojek malam hari, atau berdiri di jendela saat hujan dengan tatapan kosong, seolah dunia sedang memperhatikannya.

Tapi kenapa banyak orang merasa relate?

Baca Juga: Resmi! Anggoro Eko Cahyo Jadi Direktur Utama BSI, Ini Profil dan Rekam Jejaknya


1. Bentuk Coping di Era Overwhelmed

Kehidupan modern sering terasa penuh tekanan—mulai dari pekerjaan, pendidikan, percintaan, hingga ekspektasi sosial. Dalam situasi itu, berfantasi sebagai “pemeran utama” menjadi bentuk pelarian psikologis yang sehat.

Psikolog klinis Dr. Ika Nurfitriani menyebut ini sebagai bentuk self-narrative therapy, di mana seseorang menciptakan cerita hidupnya sendiri sebagai bentuk kontrol terhadap realita.

Baca Juga: Angkara Murka: Horor Psikologis Sarat Mistis dan Kritik Sosial Siap Tayang 22 Mei 2025

2. Efek Media Sosial: Dunia Panggung Terbuka

Instagram, TikTok, hingga Twitter mendorong narasi personal yang “filmik”. Orang mengunggah momen dengan filter, soundtrack, dan caption yang kuat. Semua seakan jadi episode dalam serial hidupnya.

Tidak salah, tapi jika tidak diiringi kesadaran realita, bisa membuat seseorang terlalu fokus pada pencitraan dan lupa menjalani kehidupan asli.

Baca Juga: Skandal Judi Online di Kominfo: Jaksa Sebut Nama Menkominfo Budi Arie dalam Sidang Suap Pemblokiran Situs


3. Self-Love vs Narsistik Tipis Banget Bedanya

Main character energy bisa jadi cara untuk meningkatkan self-worth dan confidence. Namun bila tidak hati-hati, ini juga bisa memicu perilaku narsistik atau egois.

"Merasa berharga itu penting, tapi ingat: hidup ini film ensemble, bukan solo show," ujar konselor psikologi sosial, Maya Indriyani.


Baca Juga: Messi Kembali, Tapi Argentina Tak Utuh: Apa yang Direncanakan Scaloni di Tengah Badai Absensi?

4. Kenapa Banyak Gen Z dan Milenial Merasa Relate?

Karena mereka tumbuh di era visual, cerita, dan eksistensi digital. Mereka dibesarkan dengan film coming-of-age, vlog, dan media yang selalu menekankan bahwa setiap orang bisa “berbeda dan istimewa”.

Itu bukan hal buruk—selama disadari bahwa jadi “main character” nggak selalu berarti paling benar, paling penting, atau paling menderita.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Catatanfakta.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X