Ia juga menekankan bahwa tidak ada corporal punishment atau hukuman fisik seperti mencubit atau memukul. Menurutnya, fokus program ini adalah pembentukan karakter, mental, dan peningkatan kompetensi, bukan kekerasan.
Pigai bahkan menyebut program ini sebagai gagasan visioner dan menyarankan agar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mempertimbangkan adopsi program serupa secara nasional jika terbukti efektif.
“Kalau berhasil, Kementerian HAM akan ajukan surat usulan agar program ini jadi bagian dari sistem pendidikan nasional,” ujarnya. Menurut dia, metode ini bisa jadi solusi atas kenakalan remaja, tawuran, hingga degradasi moral pelajar.
Baca Juga: BRI Raih Peringkat Tertinggi di BSEM 2025, Unggul dalam Layanan Digital
Respons dan Harapan Pemprov Jawa Barat
Gubernur Dedi Mulyadi menyebut program ini telah diikuti oleh pelajar dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat. Ia menilai pendekatan pembinaan di barak militer lebih terstruktur dan intensif, memberikan pelajar materi kedisiplinan dari unsur militer hingga pendidikan karakter.
“Tujuan utamanya bukan menghukum, tetapi mengubah. Dari anak-anak yang nyaris putus asa jadi pribadi yang produktif,” ujar Dedi.
Artikel Terkait
Hendriyanto Terpilih Jadi Ketua RT 01 Pondok Udik, Karang Taruna Kecamatan Kemang Beri Pesan Tegas
Bogor Run 2025 Bikin Geger Sentul, Rudy Susmanto: Ini Bisa Dongkrak Ekonomi dan Gaungkan Wisata Bogor ke Dunia