catatanfakta.com - Asia Tenggara bersiap menghadapi lonjakan signifikan dalam pertumbuhan gaji pada tahun 2025, menurut laporan terbaru dari Aon, sebuah firma jasa profesional terkemuka.
Laporan yang dirilis pada November 2024 ini mencakup hasil survei yang melibatkan lebih dari 950 perusahaan di enam negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Proyeksi ini menunjukkan bahwa Vietnam akan memimpin dengan kenaikan gaji mencapai 6,7%, diikuti oleh Indonesia dengan 6,3% dan Filipina dengan 5,8%.
Sementara itu, Malaysia, Thailand, dan Singapura diperkirakan mengalami kenaikan yang lebih rendah, masing-masing 5,0%, 4,7%, dan 4,4%.
Baca Juga: Bank Indonesia Optimis: Ekonomi Indonesia Akan 'Melejit' di Tahun 2025!
Kenaikan gaji ini dipicu oleh meningkatnya permintaan akan tenaga kerja terampil, meskipun ada tren penurunan inflasi dan suku bunga. "Tantangan dalam menarik dan mempertahankan talenta berkualitas kini menjadi salah satu risiko bisnis utama," ungkap salah satu narasumber dari Aon.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di kawasan ini semakin menyadari pentingnya investasi dalam sumber daya manusia untuk tetap bersaing di pasar global.
Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa pertumbuhan gaji tidak merata di seluruh sektor. Sektor teknologi dan manufaktur diprediksi akan memimpin dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,8% dan 6,9% di Indonesia.
Baca Juga: Transformasi Digital: Bagaimana Pemkab Bogor Mencetak Prestasi Gemilang di Ekonomi Digital?
Di sisi lain, sektor energi dan jasa keuangan diperkirakan akan mengalami kenaikan yang lebih konservatif, masing-masing 4,9% dan 4,8%. "Kami melihat bahwa sektor-sektor yang berfokus pada inovasi dan teknologi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan gaji di masa depan," tambah narasumber tersebut.
Namun, tidak semua negara di Asia Tenggara akan merasakan dampak yang sama. Singapura dan Thailand, meskipun mengalami kenaikan, diperkirakan akan mengalami penyesuaian yang lebih moderat. Singapura, sebagai negara maju, memiliki laju penyesuaian gaji yang lebih konservatif akibat inflasi yang rendah dan pertumbuhan PDB yang stagnan.
Sementara itu, Thailand menghadapi tantangan dalam mobilitas talenta, yang disebabkan oleh hambatan bahasa dan infrastruktur yang kurang memadai. "Kondisi ini membuat persaingan di pasar tenaga kerja lebih rendah, sehingga pertumbuhan gaji di Thailand lebih lambat," jelas seorang analis ekonomi.
Baca Juga: UMKM: Pilar Utama dalam Membangun Ekonomi Lokal yang Kuat dan Berkelanjutan!
Dengan proyeksi ini, para pekerja di Asia Tenggara dapat berharap untuk melihat peningkatan dalam pendapatan mereka, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
Namun, tantangan dalam menarik dan mempertahankan talenta berkualitas tetap menjadi perhatian utama bagi perusahaan-perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era yang semakin global ini.
Artikel Terkait
LPK dan PADAKAMY Targetkan Peningkatan Ekonomi Desa dengan Program Budidaya Lele Sangkuriang dan Labu Madu
Lawan Bank Keliling, Sekda Jabar Minta BUMDes Kuatkan Eksistensi, KNPI : Solusi Atasi Kesenjangan Ekonomi Desa
Peresmian Layanan Batik di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya: Tumbuhkan Potensi Ekonomi dan Warisan Budaya
Mengoptimalkan Potensi Kelapa untuk Ekonomi Hijau
Demokrasi atau Ekonomi? Isu Utama Pemilih di Tengah Pemilu AS 2024