catatanfakta.com - Indonesia akan menerapkan skema murur dalam pola pergerakan jemaah saat puncak musim haji.
Ini adalah pertama kalinya skema tersebut diterapkan. Skema murur merupakan cara melintasi Muzdalifah setelah melakukan wukuf di Arafah.
Saat melewati kawasan Muzdalifah, jemaah akan tetap berada di atas bus dan langsung dibawa menuju tenda Mina.
Baca Juga: Perketat Keamanan, PPIH Himbau Jemaah Haji untuk Selalu Bawa Identitas smart card dan Gelang
Sebanyak 25 persen dari jemaah haji Indonesia, sekitar 55 ribu orang, akan ikut serta dalam skema ini. Jemaah dengan risiko tinggi, usia lanjut, disabilitas, serta pendamping lansia akan diprioritaskan.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri, Subhan Cholid, menjelaskan bahwa skema murur ini diterapkan untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia dan dilakukan sesuai dengan syariah.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan kerikil untuk lontar jumrah. Kerikil ini disiapkan sejak jemaah berada di Arafah, dan diberikan bersamaan dengan snack berat untuk dikonsumsi di Muzdalifah.
Baca Juga: 10 Amalan Pahala Setara Haji, Melebihi Pahala Jihad
Snack tersebut dikonsumsi oleh jemaah saat di Muzdalifah, terutama bagi mereka yang tidak ikut murur. Sedangkan kantong kerikil akan digunakan saat melakukan lontar jumrah di Mina.
Dalam penyelenggaraan ibadah haji kali ini, sebanyak 70 kerikil disiapkan bagi jemaah.
Artikel Terkait
Bebas dan Kembali ke Tanah Air, 34 Jemaah Haji Non-Visa Diamankan oleh Pemerintah Arab Saudi
Hari ke-23: 162.961 Jemaah Haji Indonesia Berbondong-bondong Hadir di Tanah Suci
Persiapan Armuzna Mendekati Puncak Haji, Jamaah Indonesia Diminta Jaga Kesehatan dan Fisik
Bus Shalawat: Solusi Transportasi Nyaman Jemaah Haji Indonesia di Makkah
"Metaverse Tidak Sah" - Muhammadiyah Menyambut Transformasi Haji Terbaru