Pilu Ramadan Warga Gaza: Tak Ada Persiapan, Kami Sudah Puasa 5 Bulan

Catatanfakta.com - Warga Palestina di Gaza menjalani Ramadan tahun ini dengan suasana yang suram dan mencekam di tengah agresi Israel.

Pasukan Israel melancarkan serangan ke Kota Rafah, Gaza Selatan, dan kamp pengungsi Nuseirat, saat warga Gaza bersiap menjalankan puasa pertama di bulan suci Ramadan.

Lebih dari 1,2 juta orang mengungsi di Rafah, banyak tinggal di bawah tenda plastik dan menghadapi krisis pangan.

Salah satu warga, Diab Al Zaza, menyatakan bahwa Ramadan tahun ini akan menyedihkan karena perang, membuat hidup sulit di sekitar zona pertempuran.

Baca Juga: 7 Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan, Doanya Dikabulkan Allah SWT

"Saya telah melalui banyak kesulitan, tapi sepanjang hidup saya, belum pernah menjalani hari-hari yang lebih sulit daripada ini karena kelaparan, kehausan, kehilangan, dan perpisahan," kata Zaza, yang terpisah dari keluarganya akibat agresi Israel.

Zaza membandingkan kondisi Gaza saat ini dengan peristiwa pemindahan dan pengusiran massal pada 1948 atau dikenal sebagai Nakba. Menurutnya, kondisi warga saat ini lebih buruk daripada saat Nakba.

"Saat Nakba, jumlah orang lebih sedikit, dan negara ini terbuka, tapi sekarang kami dikepung dari semua sisi," ujarnya.

Baca Juga: 7 Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan, Doanya Dikabulkan Allah SWT

Zaza juga menyatakan bahwa Ramadan tahun ini tidak akan dihiasi sebagai bentuk solidaritas terhadap korban tewas akibat serangan Israel.

Penduduk lain, seperti Maha, juga tidak melakukan persiapan menyambut bulan suci karena sudah berpuasa selama lima bulan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tingkat kelaparan di Gaza mencapai 100 persen, menghadirkan tantangan kritis bagi warga seperti Khalil Atallah, yang hidup dalam "perang kelaparan." Atallah berharap agar gencatan senjata segera tercapai dan agresi bisa berakhir.

Baca Juga: 14 Makanan yang Merusak Ginjal, Kendalikan Porsinya

Israel melancarkan agresi ke Palestina pada 7 Oktober, mendeklarasikan perang melawan Hamas, dan membatasi bantuan kemanusiaan ke Gaza, membuat kondisi semakin kritis.