Catatanfakta.com- Gadis Kretek yang dikenal dengan nama Dasiyah, namun lebih sering disapa Jeng Yah, telah menjadi sorotan di kalangan masyarakat Jawa Tengah.
Panggilan Jeng Yah ini, yang telah dikenal oleh generasi atas, memberikan kehangatan tersendiri dalam budaya Jawa Tengah
Jeng Yah berikan Sapaan 'Jeng' sendiri, mengutip berbagai sumber, diketahui berasal dari kata 'diajeng' atau 'dhiajeng' dalam bahasa Jawa, di Jawa Tengah yang memiliki arti adik sayang atau adik kesayangan.
Baca Juga: Museum Kretek di Kudus Jadi Magnet Wisatawan: Ditelusuri karena Pesona Film Gadis Kretek
Meskipun awalnya digunakan sebagai sapaan untuk perempuan lebih muda, bukan adik kandung, seiring waktu 'Jeng' juga menggambarkan kasta seorang perempuan bangsawan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'Jeng' adalah sapaan untuk adik perempuan atau perempuan yang lebih muda.
Sementara dalam Javanese English Dictionary, 'Jeng' juga diartikan sebagai panggilan yang mencerminkan kedudukan sosial seorang perempuan.
Baca Juga: Mengupas Gadis Kretek: 6 Perbedaan Mengejutkan Antara Serial Netflix dan Novelnya yang Memikat
Selain itu, dalam Kamus Lengkap Jawa - Indonesia karya Sutrisno Sastro Utomo, 'Jeng' juga
dapat diartikan sebagai 'kanjeng', yang merupakan panggilan untuk para bangsawan atau perempuan ningrat.
Hal ini menunjukkan bahwa panggilan 'Jeng' tidak hanya mencerminkan kedekatan emosional, tetapi juga mengandung nuansa kebangsawanan dan keanggunan.
Gadis Kretek, Jeng Yah, dengan penuh keanggunan, menjadi perwakilan dari tradisi Jawa Tengah yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal.
Melalui panggilan 'Jeng', kita dapat melihat bagaimana budaya dan sejarah melekat dalam
setiap kata dan sapaan, menciptakan keunikan dan keistimewaan yang membuatnya begitu istimewa di tengah masyarakat.
Artikel Terkait
Museum Kretek di Kudus Jadi Magnet Wisatawan: Ditelusuri karena Pesona Film Gadis Kretek
13 Bom di Jakarta Membuat Gemuruh di Layar Lebar dengan Rekor Penonton