Catatanfakta.com - Pulau Rempang, yang terletak di Kepulauan Riau, telah menjadi saksi dari peristiwa bentrokan yang menyisakan duka antara masyarakat adat setempat dan aparat keamanan.
Ketua DPR RI, Dr. (H.C) Puan Maharani, mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap insiden tersebut, sambil menyerukan pendekatan yang lebih humanis dan persuasif dalam menangani situasi semacam ini.
Peristiwa ini dipicu oleh penolakan masyarakat adat Pulau Rempang terhadap pembangunan kawasan industri seluas 17 ribu hektare yang dikenal sebagai Rempang Eco City.
Baca Juga: Ketegangan di Pulau Rempang: TNI Antisipasi Konflik Tanah
Proyek ini dianggap sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada tahun 2023 yang bertujuan membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata.
Namun, penolakan tersebut berujung pada bentrokan ketika aparat gabungan mencoba untuk menerobos penjagaan di Pulau Rempang.
Dalam upayanya untuk mengatasi penolakan ini, aparat keamanan menggunakan gas air mata dan water cannon, yang berdampak mengerikan terutama pada anak-anak yang menjadi sasaran efek sampingnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ajak Dialog untuk Menyelesaikan Konflik di Pulau Rempang, Batam
Ketua DPR RI mengecam penggunaan gas air mata dalam situasi ini dan mengingatkan bahwa pendekatan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama dalam menangani konflik semacam ini.
Puan Maharani juga menyoroti pentingnya kajian sosial budaya terkait dengan Pulau Rempang, yang merupakan tempat tinggal masyarakat adat dengan nilai-nilai budaya yang unik.
Ia menekankan perlunya mencari solusi yang menghormati dan melindungi warisan budaya ini dalam proses pembangunan. Selain itu, ia mengajak pemerintah untuk mencari jalan tengah dalam menangani masalah ini, termasuk cara menghadapi penolakan warga terhadap relokasi.
Baca Juga: Puan Maharani dan AHY Membangun Hubungan Harmonis dalam Agenda Politik
Pernyataan Ketua DPR RI ini juga sejalan dengan pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang menekankan pentingnya musyawarah dan sosialisasi dalam menyelesaikan masalah. Puan menegaskan bahwa pendekatan humanis dan persuasif harus diutamakan untuk menghindari bentrokan dan potensi korban.
Meskipun pembangunan Rempang Eco City diharapkan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, Puan dan pihak terkait lainnya mendesak agar dialog dan konsultasi yang inklusif dilakukan dengan masyarakat yang terdampak. Masyarakat adat Pulau Rempang, yang telah tinggal di sana selama bertahun-tahun, memiliki nilai historis dan budaya yang kuat. Oleh karena itu, mereka memerlukan pendekatan yang berbeda, yang mengedepankan unsur persuasi dan edukasi.
Artikel Terkait
Ajang O2SN 2023: Identifikasi dan Bina Calon Atlet Masa Depan Indonesia
Doa Tolak Bala Dari Berbagai Agama : Kekuatan Spiritual dalam Menghadapi Ujian Kehidupan
Dinamika Ekonomi Mikro dan Makro: Menjelajahi Peran Mereka dalam Pertumbuhan Ekonomi
Perbedaan Antara Ekonomi Mikro dan Makro
Matematika Keuangan: Rahasia di Balik Keputusan Keuangan yang Bijak