Wihaji pun tidak sekadar lewat. Ia menyempatkan diri menyapa satu per satu pedagang lansia, bahkan membeli beberapa barang dagangan mereka sebagai bentuk dukungan nyata.
Tak hanya itu, cek kesehatan gratis juga disediakan. Para lansia tampak antusias mengikuti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, hingga konsultasi dengan dokter.
Baca Juga: Janji yang Tertunda, Mengapa Prabowo Batal Beri Diskon Listrik 50 Persen?
Angka Harapan Hidup Naik, Saatnya Menjamin Kualitasnya
Menteri Wihaji juga menyampaikan bahwa angka harapan hidup di Indonesia telah naik menjadi 74 tahun. Ini dianggap sebagai pencapaian positif dalam pembangunan kesehatan nasional. Namun, menurutnya, angka itu tak berarti banyak jika tidak diiringi kualitas hidup yang baik.
“Salah satu tugas kami di Kemendukbangga adalah memastikan bahwa para lansia di Indonesia tetap sehat, aktif, dan memiliki makna hidup,” katanya.
Ia pun menggandeng berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga komunitas lokal, untuk memperluas cakupan program lansia ke seluruh Indonesia.
Baca Juga: Gunung Etna Meletus Dahsyat, Turis Panik dan Mengungsi Massal
Menuju Masyarakat Ramah Lansia
Semangat dari Hari Lansia Nasional kali ini bukan hanya untuk merayakan usia senja, tetapi mengajak seluruh masyarakat berperan menciptakan lingkungan yang ramah lansia. Termasuk, memberikan ruang beraktivitas, mendengar keluh kesah mereka, hingga mendukung mereka tetap berkarya.
Wihaji menegaskan, tua bukan berarti usai, dan menua bukan alasan untuk menyerah. Justru di masa inilah, para lansia layak mendapat perhatian, kasih sayang, serta ruang untuk kembali menemukan makna hidup.
“Hidup cuma sekali. Jangan sampai kita menua tanpa arti,” ucapnya, disambut tepuk tangan hangat para hadirin.
Baca Juga: Bali Dikepung Bisnis Asing, Antara Surga Dunia dan Karma Pariwisata
Hari itu, RPTRA Matahari tidak hanya menjadi tempat peringatan. Ia menjadi simbol: bahwa selama ada cinta, perhatian, dan kegiatan yang bermakna, masa tua pun bisa menjadi fase kehidupan yang indah dan berarti.