informasi

Pertama dalam Sejarah, MQK Nasional dan Asia Tenggara 2025 di Sulawesi Selatan Lomba Menggunakan Digital

Rabu, 30 April 2025 | 12:19 WIB
Sulawesi Selatan Siap Gelar MQK Tingkat Nasional dan Asia Tenggara (kemenag.go.id)

catatanfakta.com - Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) 2025 di Wajo, Sulawesi Selatan, menjadi ajang yang tak hanya menguji kecakapan intelektual santri, tetapi juga sebuah revolusi besar dalam dunia pendidikan pesantren di Asia Tenggara.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ajang bergengsi ini digelar berbasis digital, menandakan tonggak baru yang akan mengubah cara pesantren berinteraksi dengan dunia luar.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, tidak sekadar merayakan digitalisasi ini, tetapi menegaskan bahwa inilah langkah besar yang akan mendefinisikan masa depan pesantren.

Baca Juga: Kemenag Turut Berduka atas Musibah Tanah Longsor di Gontor Cabang Magelang

"Santri kini bukan sekadar belajar kitab kuno, tetapi mereka sudah menjadi bagian dari revolusi digital," katanya, dalam acara rapat koordinasi di Makassar, Rabu (29/4/2025). Bagi Suyitno, digitalisasi adalah cara pesantren untuk bergerak maju, bukan hanya mengikuti zaman, tetapi juga memimpin perubahan.

Suyitno menegaskan bahwa digitalisasi MQK 2025 akan menjangkau setiap aspek—mulai dari registrasi peserta hingga logistik pendukung acara. Sistem yang dirancang bukan hanya untuk memudahkan, tetapi untuk memberi pengalaman digital yang tak terlupakan.

"Kami ingin membuat semua proses lebih mudah dan lebih interaktif. Tidak hanya soal registrasi, tapi juga cara kita mengelola pariwisata, transportasi, bahkan informasi event," ujarnya dengan tegas.

Baca Juga: Kemenag Pantau Hilal di 125 Titik, Kapan Ramadan Dimulai?

Di luar itu, Suyitno menyoroti pentingnya kesiapan dewan hakim dalam mengadopsi sistem digital yang baru. Bahkan, ia mengusulkan pembuatan tutorial video untuk memastikan seluruh peserta dan hakim dapat menggunakan aplikasi dengan baik. "Dewan hakim harus cakap digital. Jangan sampai ada yang tertinggal," tegasnya, menggarisbawahi pentingnya kesetaraan dalam mengakses teknologi ini.

Dengan melibatkan dewan hakim internasional, MQK 2025 juga berambisi memperkuat posisinya sebagai ajang bergengsi di Asia Tenggara. Suyitno berharap ini menjadi bukti bahwa pesantren di Indonesia tak hanya bergerak maju dalam ranah pendidikan, tetapi juga dalam dunia internasional. "Kita akan melibatkan dewan hakim dari luar negeri, menegaskan bahwa MQK adalah ajang yang diakui dunia," kata Suyitno.

Namun, meskipun teknologi menjadi sorotan utama, Suyitno menekankan bahwa digitalisasi tidak boleh mengurangi tujuan utama dari MQK—memberdayakan pesantren. "Kita bicara dua hal besar di sini: digitalisasi dan pemberdayaan pesantren. Kedua hal ini harus berjalan bersamaan untuk menciptakan transformasi yang berkelanjutan," ujarnya.

Baca Juga: Kemenag Buka Sertifikasi Amil Zakat, Cek Syarat dan Jadwalnya!

Dengan dimulainya era digital ini, MQK 2025 menjadi simbol besar bagi masa depan pesantren—bukan hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk seluruh dunia.

Digitalisasi ini bukan sekadar alat, tetapi sebuah jendela bagi pesantren untuk merambah dunia global, mempersiapkan santri menjadi pemimpin masa depan di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat. Di bulan Oktober 2025, Wajo, Sulawesi Selatan, akan menyaksikan sebuah perhelatan yang akan menandai awal baru bagi pendidikan pesantren di dunia digital.

Tags

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB